CERPEN : KEEP LOVING ME




Main cast :

1.     Reizenna Amarta

2.     Nevil Arianto

3.     Matthew Orlando Alexander


4.     Tiara Miccel






PESAN BUAT PEMBACA : DILARANG KERAS MENG-COPPAS KARYA ORANG LAIN! TERUTAMA KARYA SAYA INI -_________- 

SELAMAT MEMBACA DAN ENJOY ~




               “Nevil Arianto, aku minta putus!”


Tut tut tut,

Belum sempat Nevil menjawab permintaan sepihaknya, Zenna pun sudah lebih dulu memutuskan panggilannya.

Brak.

               Ponsel hitam tipis berlogo apple miliknya pun kini telah terkapar tak berbentuk di atas lantai. Zenna memeluk kedua lututnya yang di tekuk bersamaan, lalu ia pun menyandarkan punggung lelahnya ke sandaran tepi ranjang tidurnya.

Air mata pun mulai meleleh setetes demi setetes, membasahi wajah cantiknya yang sudah berubah warna menjadi merah padam. Hidung mancungnya pun ikutan merah, sementara bibir tipisnya ia gigit di bagian bawahnya. Mencoba untuk meredam isak tangis yang mungkin bisa saja muncul di tengah lelehan cairan kristal yang sudah membasahi kedua pipinya sekarang.

               “Hiks .. hiks .. hiks ...”

               Zenna membenamkan wajah kusutnya ke lekukan lutut yang ia peluk. Sebelah tangannya bertengger di belakang kepala, meremas rambut belakangnya sendiri. Sementara sebelah tangannya lagi ia lingkarkan di tengah-tengah kedua kakinya. Zenna merenungkan keputusan yang sudah ia ambil beberapa saat yang lalu sebelum ia melempar ponselnya hingga berserakan tak berwujud ponsel mahal lagi.

Mungkin hanya dengan cara seperti itu Zenna bisa mengakhiri segala kegalauan yang belakangan ini menerpa dirinya. Setidaknya Zenna bisa lebih lega dan tidak harus merasa tersakiti lagi oleh sikap cuek dan kelabilan serta rasa kurang peka yang di tunjukkan oleh Nevil selama beberapa waktu ke belakang ini.

               Namun, kenapa rasanya malah semakin sesak ya? Apa mungkin karena rasa cinta yang di miliki oleh Zenna sudah terlalu dalam, sehingga cukup sulit untuk dirinya mengenyahkan nama Nevil di dalam hati dan pikirannya. Tidak heran jika Zenna memiliki rasa seperti itu, karena hubungan yang ia jalin dengan Nevil sudah lah cukup lama. Dua tahun berpacaran dengan Nevil itu bukan lah waktu yang singkat, you know?

Maka, jauh dari lubuk hatinya Zenna justru merasa sakit ketika dirinya harus memutuskan hubungannya dengan Nevil, lelaki yang di cintainya.  Apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur dan perkataan yang sudah Zenna lontarkan tidak bisa lagi di tariknya kembali, ya mau gak mau Zenna harus tetap menelannya walau itu terasa pahit.


-__________________________________-


               “Zenna! Zen tunggu!!” teriak Nevil menahan langkah Zenna yang hendak memasuki koridor kampus.

Zenna memejamkan kedua matanya sejenak, lalu dengan menghela nafas kasar Zenna pun menyentakkan tangan Nevil yang mencekal pergelangan tangan kirinya barusan. Tanpa harus berbalik menatap Nevil, Zenna pun berniat untuk melanjutkan kembali langkahnya mengabaikan Nevil.

               “Zen, maksud kamu apa sih?” seruan Nevil seketika membuat langkah Zenna kembali terhenti “Sumpah aku gak ngerti Zen, kenapa tiba-tiba kamu—“

               “Cukup Nev!” potong Zenna di posisi membelakanginya “Bukannya udah jelas yah? Gak ada lagi yang perlu di bahas.” Sambung Zenna sambil menghembuskan nafasnya lelah.

Suasana berubah hening. Zenna masih setia berdiri di tempatnya tanpa berniat untuk membalikkan badannya menghadap Nevil, namun tidak lama kemudian Nevil pun melangkah pelan menghampiri Zenna yang masih bergeming di posisinya.

               “Zen, aku gak-“

               “Udah yah!” sela Zenna lagi seraya mengangkat sebelah tangannya “Gak ada lagi yang perlu kita bicarain. Sorry, aku ada kelas.” Lanjut Zenna lalu memilih untuk segera pergi berlari meninggalkan Nevil yang mengepalkan sebelah tangannya di udara.

               “Zenna! Zenna!!” teriak Nevil percuma

Nevil meninjukan kepalan tangannya di udara, ia menggeram menahan emosinya yang siap meledak. Semalaman Nevil di buat pusing oleh kalimat singkat dan mencengangkan yang terlontar dari mulut Zenna melalui panggilan telponnya.

Nevil tidak habis pikir, bagaimana bisa Zenna meminta putus tanpa sebab yang jelas? Apa yang Zenna pikirkan? Apa dia udah merasa bosan pada Nevil sehingga dia berani meminta putus seperti semalam?

               Saat Nevil hendak menelpon balik dan meminta penjelasan pada Zenna, Nevil hanya bisa mengerang kesal karena bukan sambutan suaran Zenna yang menjawab panggilannya. Melainkan Nevil hanya mendapat jawaban memuakkan dari suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang di tujunya tidak dapat di hubungi. Menjengkelkan bukan?

Ingin rasanya Nevil mendatangi rumah Zenna dan mendesak gadisnya itu untuk menjelaskan apa maksud dari perkataannya di telpon, hanya saja melihat jam yang sudah menunjukkan waktu malam yang semakin larut Nevil pun menyabarkan diri menunggu hingga pagi menjelang.

Namun, saat Nevil sudah bisa menemui Zenna gadis yang di cintai olehnya dan ingin meminta penjelasan serinci mungkin, justru Zenna malah menghindar dan lebih memilih meninggalkan Nevil ketimbang membeberkan alasan permintaan putusnya itu. Nevil benar-benar tidak mengerti dengan keputusan sepihak gadisnya itu.

               Nevil mendesah gusar, dia masih berdiri di posisinya tanpa sedikitpun mau beranjak meninggalkan tempat berdirinya sekarang. Ia menarik poni rambutnya ke atas, lalu mengusap wajah frustasinya dengan kasar dan di akhiri oleh erangan kesal yang meluncur dari mulutnya.


-_________________________-


               Zenna baru saja menyelesaikan mata kuliah pertamanya pagi ini. Expressinya terlihat sangat muram dan tidak ada sedikitpun raut semangat yang melekat di wajah cantiknya. Bahkan untuk sekedar mengulas senyuman tipis saja rasanya terlalu berat bagi Zenna.

Langkahnya gontai, kepalanya tertunduk dan sesekali ia mendesah gusar dengan pandangan nanar ke bawah lantai yang ia jejaki. Matanya terasa berat, terdapat lingkaran hitam di bawah mata indahnya. Hidungnya sedikit merah dan bibirnya terlihat bengkak, mungkin akibat di gigitinya ketika menahan isak tangis semalam.

               “WEY!” tegur seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah kirinya sambil menepuk pundak Zenna yang merosot tak bertenaga.

Zenna sedikit terlonjak lalu lekas menoleh ke arah kirinya, dimana letak posisi seseorang yang sudah menepuk pundaknya barusan berada. Zenna memutar kedua matanya malas ketika mendapati cengiran lebar dari lelaki tampan berambut perunggu yang sudah tak asing lagi untuknya selama ini.

               “Kenapa tuh muka? Asem banget kayaknya.. lupa di polesin gula ya, makanya asem begitu.. hehehehe” celetuknya terkekeh sambil tak segan mencowel dagu Zenna oleh telunjuk tangannya.

Zenna pun berdecak sambil melotot ganas ke arah lelaki yang mencowel dagunya barusan, “Apaan sih bule! Cowel-cowel segala, lo kira dagu gue ini sabun colek apa?” delik Zenna ketus plus sebal.

               “Diih .. galak amat neng! Lagi PMS ya.. uuu takuuttt...” ujarnya pura-pura bergidik takut saat di pelototi Zenna lagi.

Zenna mendengus geli, lagi-lagi matanya mendelik sebal sembari menghempaskan rangkulan tangan dari lelaki di sampingnya itu.

               “Kenapa sih lo hem? Berantem lagi sama laki lo?” tebaknya membuat Zenna berhenti melangkah dan memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan lelaki bertubuh jangkung itu.

               “Ck! Matthew Orlando Alexander ... please deh, lo bisa gak sih sekaliiii aja ... lo gak kepoin gue??” protes Zenna menatap lelaki bule bernama Matthew itu dengan tajam menusuk.

Matthew Orlando Alexander.

Lelaki tampan berdarah Indo-Belanda ini adalah seseorang yang selama ini setia mendampingi Zenna di kala suka maupun duka. Katakanlah Matthew ini adalah sahabat Zenna sejak SMA dulu.

               Matthew sangat tau betul bagaimana kisah Tom and Jerry yang menerap di dua makhluk bernama Zenna dan Nevil dulu sebelum keduanya menjalin hubungan pacaran. Tak heran bagi Matthew melihat Zenna yang sering bertengkar dengan Nevil dulu, karena pada masa SMA dulu mereka benar-benar tidak bisa di katakan sebagai pasangan yang akur. Melainkan keduanya selalu mengibarkan bendera perang tanpa mengenal kata damai sedikitpun.

Namun, dua tahun yang lalu Matthew sempat di kejutkan dengan pernyataan Zenna yang mengatakan bahwa dirinya sudah berdamai dengan Nevil. Bahkan bukan hanya berdamai dalam peperangan saja, melainkan Zenna sudah berpacaran dengan Nevil musuh bebuyutannya. Ajaib bukan?

               Matthew pun adalah satu-satunya orang yang tak bosan mendengarkan keluh kesah Zenna jika dia sedang bertengkar dengan Nevil. Alasan pertengkaran itu terjadi selalu sama di setiap periodenya, Nevil terlalu cuek pada Zenna. Nevil tidak peka dengan apa yang Zenna inginkan. Nevil bukan lah lelaki yang mudah mengerti perasaan perempuan.

Dan banyak alasan-alasan sejenis lainnya yang membuat Zenna jengah menghadapi sikap labil pacarnya itu. Bahkan pernah suatu hari Zenna di biarkan menunggu seperti patung selamat datang di sebuah acara reunian teman-teman dekatnya Nevil, kontan mendapatkan perlakuan menyebalkan seperti itu Zenna pun kabur dari acara Nevil dan kawan-kawannya. Zenna kabur ke apartement Matthew, membuat Nevil yang tiba-tiba kehilangan Zenna di acara reuniannya mendadak kelimpungan mencari keberadaan Zenna.

Sungguh memuakkan bukan?

               Meskipun terkadang Zenna merasa jengkel dengan sikap kepo akutnya Matthew, tapi justru hal itu tidak lah membuat Matthew marah ataupun berbalik sebal pada Zenna. Malah Matthew akan lebih gencar lagi mencari tau duduk perkara yang menyebabkan sahabatnya itu berwajah masam dan segalanya.

Zenna menghela nafas panjang dan berniat untuk melengos meninggalkan Matthew, hanya saja belum sempat ia beranjak melangkah jauh Matthew pun sudah kembali menghalangi langkah Zenna dengan memposisikan tubuh jangkungnya yang menjulang di depan Zenna.

               “Apa lagi sih buleeee?” Seru Zenna semakin kesal.

               “Gue gak akan biarin lo pergi sebelum lo cerita sama gue!” ucapnya tegas sembari berkacak pinggang menatap Zenna tajam.

Lagi-lagi Zenna memejamkan kedua matanya beberapa saat, mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Hingga akhirnya, saat Zenna kembali membuka matanya mendadak beberapa tetes air mata pun lolos meluncur dari kedua sudut matanya.

               “Astaga! Lo nangis?” pekik Matthew panik melihat tetesan air mata yang tiba-tiba saja meleleh di kedua belah pipi Zenna.

               Zenna pun segera memalingkan wajahnya ke arah lain dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Bahkan Zenna pun mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya air mata itu muncul di saat dia tengah berada di hadapan Matthew. Niat hati ingin menghindar, tapi sepertinya Matthew tidak akan melepaskan Zenna begitu saja. Apalagi setelah ia melihat Zenna menangis, apa jadinya setelah ini? Pastikan lah Matthew akan mendesak Zenna agar bercerita.

               “Gu-gue gak apa-apa ..” geleng Zenna parau tanpa berani menatap Matthew yang sedang mengamati gelagatnya sekarang.

Matthew menyipitkan kedua matanya menatap Zenna, dia sangat yakin kalau yang di lihatnya barusan adalah murni air mata. Ya, Matthew yakin sekali kalau barusan itu sahabatnya baru saja menangis.

               Dengan lembut dan hati-hati Matthew pun mengangkat dagu Zenna, mensejajarkan wajah muram Zenna dengan wajah tegasnya yang sengaja ia turunkan sedikit merunduk untuk menyeimbangkan posisi Zenna yang lebih pendek dari tubuh jangkungnya.

Matthew menatap kedua mata Zenna yang berwarna coklat terang, Matthew menemukan sorot kesedihan dan kepedihan yang mendalam dari cairan hangat yang menggenang di pelupuk mata Zenna sekarang. Matthew sadar, ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini.

               “Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu kan dari gue?” tanya Matthew menyelidik

Zenna bergeming. Tak ada jawaban dari mulutnya, ia hanya menatap Matthew sendu dan di detik berikutnya pun ia langsung menubruk tubuh Matthew dengan kedua tangan yang melingkari pinggang Matthew erat.

Tangisnya pun pecah di dalam pelukan Matthew, sahabatnya. Zenna membenamkan wajah tangisnya di dada Matthew yang terhalangi oleh kemeja hitam yang di pakainya sekarang, sementara Matthew hanya mengusap punggung Zenna turun-naik dengan lembut. Memberikan energi positif yang bisa membuat Zenna lebih tenang dengan suasanan hatinya sekarang.

               “Menangis lah .. kalau sekiranya tangisan itu bisa bikin perasaan lo sedikit lega..” bisik Matthew menenangkan.

Zenna menangis sesenggukan di dalam pelukan Matthew. Dia benar-benar tersiksa dengan keputusannya sendiri, salahkah jika Zenna memilih kata putus di bandingkan dengan bertahan namun selalu terabaikan??

Zenna menumpahkan segala kesakitan hatinya di dalam dekapan hangat sang sahabat yang setia menemaninya kapanpun.

               “Hiks ... hiks ... hiks ...” isak Zenna pilu

               Zenna semakin mengeratkan pelukannya ketika Matthew mengusap rambut hitam panjangnya dengan lembut dan penuh sayang. Ntahlah, untuk saat ini Zenna merasa nyaman berada di dekapan sahabatnya ini. Meskipun tak jarang Zenna selalu di buat jengkel oleh sifat keponya Matthew, tapi justru di saat seperti ini Zenna malah merasa nyaman berdekatan dengan Matthew.

               Tiba-tiba di tengah Matthew dan Zenna yang sedang berpelukan, dari kejauhan Nevil yang mulanya sedang berkeliling kampus mencari keberadaan Zenna pun tak sengaja menemukan dan melihat mereka yang sedang berpelukan di tengah koridor panjang itu.

Melihat hal itu Nevil pun tampak geram. Kedua tangannya mengepal kuat di masing-masing posisi, rahangnya pun mengeras menahan emosi yang siap meledak bagaikan bom. Wajahnya pun kini sudah memerah akibat amarahnya, dengan langkah besar dan di penuhi emosi Nevil pun bergegas menghampiri Zenna yang masih betah berada di pelukan Matthew.

Dalam sekali hentakkan Nevil pun menarik tubuh Zenna hingga terlepas dari pelukan Matthew secara tiba-tiba. Baik Zenna maupun Matthew, kini keduanya sama-sama terkejut melihat sosok Nevil yang sedang mencekal tangan Zenna dengan sorot mata yang penuh amarah.

               “Nevil ..” gumam Zenna hampir berbisik

               “Apa-apaan ini?” tanya Nevil bernada dingin.

               “Nev ini gak—“

               “Gue gak lagi ngomong sama lo!” potong Nevil cepat melirik Matthew dengan tajam dan menusuk.

Lalu Nevil kembali mengalihkan pandangan tajamnya ke arah Zenna yang sekarang masih terisak sendiri.

               “Zen, aku masih gak ngerti sama ucapan kamu tadi malam. Apa yang—“

               “KITA UDAH PUTUS NEVIL! Kita udah putus...” sambar Zenna dengan tegas dan menekan setiap kata yang berakhir dengan suara lirih di akhir kalimatnya.

Mendengar kalimat itu kontan Matthew tercengang dan menatap keduanya silih berganti, “Apa? Kalian ... putus?” tanya Matthew mengulang

               “Iya! Semalam gue minta putus sama Nevil. Dan gue rasa .. itu keputusan yang baik buat gue sama dia ..” angguk Zenna tanpa menatap siapapun.

               “Engga! Itu bukan keputusan, Zen. Bahkan aku gak ngerti kenapa kamu tiba-tiba minta putus? Aku gak setuju sama keputusan sepihak kamu, Zen..” sanggah Nevil mengeluarkan pendapatnya.

Zenna mengangkat wajahnya dan menatap Nevil lurus dengan sorot mata yang pedih, “Tapi kita emang harus putus, Nev!” seru Zenna setengah menjerit.

Nevil mendengus, “Engga. Aku gak mau! Kita gak akan putus dan sampai kapanpun KITA.GAK.AKAN.PERNAH.PUTUS.” tegas Nevil final.

               “STOP!” intrupsi Matthew membuat keduanya menoleh kompak menatap Matthew yang menautkan kedua alisnya.

               “Apa sih penyebab lo minta putus sama Nevil, Zen?” tanya Matthew menatap Zenna serius.

Hening. Zenna tak menjawab, dia malah menundukkan kepalanya dan lebih memilih menatap ujung sepatu converse hitamnya.

Merasa tidak mendapatkan jawaban Matthew pun beralih menatap Nevil, “Dan apa yang bikin Zenna sampe minta putus dari lo?” lontar Matthew menatap Nevil lurus.

               “Justru gue juga gak tau kenapa Zenna minta putus dari gue..” sahut Nevil membuang muka kesal.

Matthew mendesah kasar, lalu di tatapnya kembali Zenna yang masih menunduk. Tangan kirinya pun terulur menyentuh dagu Zenna, lalu tangannya pun mengangkat dagu Zenna hingga pandangannya pun bertemu dengan kedua mata Zenna yang mulai kembali membasah.

               “Zen, lo bisa jelasin kan .. apa tujuan lo minta putus sama Nevil? Sementara gue yakin banget, kalau lo masih cinta sama Nevil..” tanya Matthew dengan nada yang lembut.

               “Zenna please .. tolong jelasin sama aku. Dimana letak kesalahan aku? Apa perlu aku bersujud di kaki kamu biar kamu mau jelasin apa maksudnya kamu minta putus dari aku hem?” ujar Nevil sungguh-sungguh.

               “Gak perlu.” Jawab Zenna datar sambil menepis tangan Matthew yang mengangkat dagunya. “Kamu gak perlu ngelakuin apa-apa .. cukup jauhin aku dan terima keputusan aku!” putus Zenna tak bisa terbantahkan lagi.

               “Tapi Zen—Zen, Zenna!!!!” teriak Nevil tak di hiraukan.

Zenna berjalan terus meninggalkan Nevil dan Matthew, bahunya bergetar, sebelah tangannya membekap mulutnya meredam suara tangis yang pecah kembali. Gak ada pilihan lain yang bisa Zenna ambil, selain menjauh dan pergi dari kehidupan Nevil yang tidak bisa ia tandingi.

               Ya. Bagi Zenna, Nevil terlalu cuek dan tak jarang ia mengabaikan kehadiran Zenna. Padahal awal-awal berpacaran dulu, Nevil tidak lah seperti itu. Di mata Zenna, Nevil sudah berubah. Nevil yang sekarang bukan lah Nevil yang hangat dan terbuka seperti dulu, Nevil sekarang lebih cenderung cuek dan tertutup.

               Zenna merasa Nevil sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Ntahlah, Zenna sendiri tidak tau masalah apa yang Nevil sembunyikan dari Zenna. Yang jelas, Zenna tau kalau sikap cueknya Nevil bukan lah sifat asli yang Nevil miliki. Melainkan, cueknya Nevil pasti ada hubungannya dengan sikap Nevil yang mulai tertutup tak mau berbagi cerita apa-apa lagi dengan Zenna seperti dulu.


---_______________________________---


               Sudah seminggu pasca Zenna meminta Nevil untuk menjauhinya dan menerima keputusan Zenna, Nevil sering uring-uringan gak jelas kepada siapapun mereka yang tanpa sengaja mengusik kediaman Nevil. Baik itu pada teman-teman kampusnya, maupun keluarganya sendiri pun Nevil berani marah jika mereka berani mengganggu dirinya.

Ntahlah! Di putuskan oleh Zenna, membuat Nevil geram dan kalang kabut tidak tau harus melakukan apa. Sudah berulang kali Nevil menemui Zenna, tapi Zenna selalu berhasil menghindarinya. Tak jarang juga Nevil menghubungi Zenna, tapi nomornya selalu tidak aktif. Alhasil? Nevil pun hanya bisa mengerang marah sambil mengamuk mengobrak-abrik seluruh isi kamarnya.

Tok tok tok,

               Nevil terhenyak saat mendengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar kamarnya. Saat ini Nevil memang sedang tiduran terlentang di atas tempat tidur king sizenya, dia benar-benar kehilangan mood total setelah berkali-kali kehadirannya di tolak oleh Zenna.

               “Siapa?” teriak Nevil sebelum beranjak dari posisi terlentangnya

               “Ini Bunda sayang..” sahut suara lembut mengalun indah di telinga Nevil.

Huh ...  Nevil melenguh pasrah. Mau tak mau ia pun bangkit dari posisi santainya dan menyeret kedua kaki telanjangnya berjalan ke arah pintu yang sengaja di kuncinya tadi.

Cklek.

Pintu pun terbuka, dan muncullah sosok Bunda Nevil yang sedang tersenyum manis menatap anak semata wayangnya itu.

               “Ada apa Bun?” tanya Nevil malas

               “Kamu mandi gih! Bentar lagi om Riko sama anaknya mau datang ..” kata Bunda seketika membuat Nevil memutar kedua bola matanya jengah.

               “Haaahh.. gak mau ah Bun. Nevil males,, mau tidur!” tolak Nevil sambil melangkah kembali ke atas ranjang tidurnya.

               “Ck! Gak bisa gitu dong Nev, biar bagaimana pun om Riko itu berniat baik datang kesini. Dia kan mau—“

               “Bun!” potong Nevil jengkel “Berapa kali sih Nevil harus bilang sama Bunda? Nevil gak suka sama Tiara .. Nevil gak mau di jodohin sama anaknya temen Bunda itu...” lanjut Nevil kesal karena topik pembicaraan Bundanya selalu tentang Tiara .. Tiara .. dan Tiara.

               Sudah tiga bulan ini, Nevil memang selalu di hantui oleh kalimat-kalimat memuakkan yang terlontar dari mulut manis Bundanya. Bagaimana tidak? Bundanya sangat bersemangat ingin menjodohkan Nevil dengan Tiara, anak dari Riko sahabat kuliahnya dulu.

Sudah berulang kali Nevil bilang pada Bundanya, bahwa Nevil tidak mau dan bahkan Nevil pun mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki kekasih. Namun, Bundanya seolah tuli tak pernah mendengarkan penolakan anak semata wayangnya itu. Membuat Nevil kesal dan gak tau harus berbuat apa lagi untuk meluluhkan hati Bundanya yang keras bagaikan bongkahan batu itu.

               “Neev .. gak baik loh menolak niat baik orang tua. Bunda cuman kepengen kamu bahagia, dan Bunda juga cuman pengen kamu bisa mengenal Tiara Nev. Kamu tau? Tiara itu anak yang baik, dia penurut, cantik lagi ... cowok mana sih yang gak suka sama Tiara??” tutur Bunda seperti biasa.

               Neval hanya bisa mendecak jengah mendengarkan setiap kalimat pujian yang Bundanya lontarkan untuk gadis bernama Tiara itu. Oke! Nevil akui, Tiara emang gadis yang cantik dan ramah. Murah senyum juga penurut seperti yang di katakan oleh Bundanya barusan, tapi kalau Nevil gak suka sama dia? Apa harus Nevil memaksakan hatinya? Hati Nevil kan udah mentok sama Zenna, mana mungkin Nevil berpaling ke cewek lain.

Meskipun banyak gadis yang lebih cantik dari Zenna, cuman Zenna lah tempat terakhir pelabuhan hatinya Nevil.

               “Nev, ayo lah! Apa susahnya sih, tinggal mandi .. siap-siap .. terus duduk manis di atas sofa. Ngobrol-ngobrol sama Tiara .. kan seruu!!” ujar Bundanya lagi membujuk.

               “Gak mau Bunda. Nevil capek! Mending Nevil tidur deh ..” tolak Nevil lagi bersikeras.

               “Kamu itu keras kepala banget yah! Bunda gak suka loh sama anak pembangkang kayak kamu, kamu mau Bunda sebut anak durhaka? Mau Bunda cap sebagai—“

               “Oke! Oke! Oke! Nevil mandi sekarang.” potong Nevil menyerah. Lalu ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandinya tanpa menoleh ke arah Bundanya yang kini tengah tersenyum puas karena berhasil membuat anaknya menyerah.

Satu-satunya yang Nevil tidak sukai dari Bundanya itu adalah ocehan panjang lebar bersifat mengancam seperti barusan. Bukannya apa-apa, Nevil hanya tidak mau saja kalau dirinya di cap sebagai anak pembangkang dan segala macamnya. Maka mau gak mau, Nevil pun terpaksa menuruti apa perkataan Bundanya barusan.

Huh ... nasib nasib!!


-_____________________________-


               “Kita kesana yuk!” ajak Zenna menarik lengan Matthew tiba-tiba

               “Kemana?” tanya Matthew sebelum mengikuti langkah Zenna.

               “Itu .. gue mau beli jagung bakar. Kan enak, makan jagung bakar malam-malam begini..” ucap Zenna nyengir girang.

               “Ck! Hem dasar jagung bakar maniak.” Cibir Matthew sambil melangkah mengikuti Zenna.

               Malam ini Zenna dan Matthew memang sedang jalan-jalan berdua di pusat kota yang lumayan ramai kalau malam menjelang. Banyak pedagang kaki lima yang mulai menjajakan dagangannya di pinggiran jalan sana, membuat suasana malam yang terasa dingin menjadi hangat terasa.

Petang tadi Zenna menghubungi Matthew, dia merasa bosan berdiam diri di rumah tanpa ada yang menemani. Mama dan papanya masih berada di luar kota menemani Elka kakak pertama Zenna yang baru saja di kabarkan melahirkan anak pertamanya. Mulanya Zenna ingin ikut menjenguk, tapi mengingat Zenna lagi banyak kuis-kuis dadakan di kampusnya Zenna pun mengurunkan niatnya untuk ikut mama dan papanya.

Alhasil? Di sinilah Zenna sekarang, memesan jagung bakar kesukaannya di temani oleh Matthew sahabat tersayangnya.

               “Duduk disana yuk!” ajak Matthew menunjuk sebuah gazebo panjang di pinggir pohon yang lebat.

               “Boleh” angguk Zenna “Bang, nanti jagung bakarnya anterin kesana yah!” pesan Zenna sebelum ia melenggang menghampiri gazebo yang di tunjukkan oleh Matthew barusan.

Setelah mendapat anggukan dari si abang tukang jagung bakarnya, Zenna pun berjalan riang di samping Matthew. Terkadang Matthew hanya menggeleng-gelengkan kepala saja ketika melihat betapa childishnya kelakuan sahabatnya ini, tapi selama Zenna senang maka Matthew pun tidak akan mengusik kesenangannya.

               “Zen..” panggil Matthew setelah keduanya duduk bersebelahan.

               “Hmm” sahut Zenna dengan gumaman

               “Apa lo gak kangen sama Nevil?” tanya Matthew super hati-hati.

Mendengar nama Nevil di sebut lagi, tubuh Zenna pun sukses membeku. Dia tak percaya, kalau hanya dengan mendengar namanya saja reaksinya bisa seterkejut itu. Apa sosok Nevil memang berpengaruh besar dalam kehidupan Zenna?

               “Zen ..” tegur Matthew menepuk bahu Zenna pelan

               “Ah?” sahut Zenna akhirnya menoleh “Eng .. kok lo nanyain soal itu sih Mat?” tanya Zenna menggigit bibir bawahnya.

Matthew mendesah lalu merangkul Zenna seperti biasa, “Kalau lo kangen juga itu gak masalah. Gue yakin kok, jauh di lubuk hati lo .. lo itu masih sayang banget kan sama Nevil? Cuman lo gengsi aja ngakuinnya..” tebak Matthew sontak membuat hati Zenna kembali bergemuruh.

Gotcha!

Matthew benar. Jauh di lubuk hatinya Zenna memang masih sayang pada Nevil, bahkan selama seminggu ini Zenna tak berhenti-berhentinya memikirkan sosok Nevil secara diam-diam.

               “Menurut gue, mending lo kelarin deh masalah hati lo ini. Karena, semakin lo menjauhi dia .. maka semakin tersakiti pula hati lo ini. Cinta itu gak bisa di paksa menghilang tanpa sebab Zen, kalau alasan lo mutusin Nevil cuman karena dia berubah cuek dan tertutup, itu bukan alasan yang tepat Zen.” Papar Matthew berusaha membuka jalan pikiran Zenna yang buntu.

Zenna terdiam. Dia menunduk dan tak tau harus berbicara apa.

               “Mungkin cueknya Nevil itu ada alasannya .. dan kalau soal Nevil yang tertutup, mungkin dia ngerasa belum tepat aja buat berbagi masalah sama lo. Pasti ada saatnya, Nevil bakalan cerita apapun lagi sama lo. Gak seharusnya lo putusin dia tanpa memberikan penjelasan yang pasti Zen, “ helanya sejenak

               “... kalau lo mikir keputusan yang lo ambil ini adalah jalan yang terbaik buat hubungan kalian .. gue rasa itu bukan jawaban yang benar. Justru seharusnya, lo itu nanya baik-baik sama dia.. apa yang bikin dia jadi cuek dan apa alasan dia jadi tertutup sama lo. Dengan begitu, semua kejanggalan yang lo rasain selama ini pasti bakalan kejawab.. “ sambungnya membuat Zenna lagi-lagi merutuki hatinya sendiri yang dengan seenaknya mengambil keputusan tanpa di pikir dahulu.

Zenna memejamkan kedua matanya. Menghirup udara malam yang terasa dingin dan menghembuskannya dalam satu desahan panjang, mungkin apa yang di katakan oleh Matthew benar. Keputusan yang Zenna ambil bukan lah jalan yang terbaik untuk Zenna dan Nevil.

               Buktinya setelah Zenna meminta Nevil untuk menjauhinya, Zenna malah merasa semakin tersiksa. Tersiksa oleh rasa rindu yang kian melekat di dalam dirinya. Ingin rasanya Zenna memeluk Nevil saat lelaki itu datang menemuinya untuk berbicara dengannya, tapi bukan itu yang Zenna lakukan melainkan Zenna lebih memilih untuk menghindarinya ketimbang memeluknya.

Ah! Zenna benar-benar bodoh ...

               “Mbak .. mas .. ini jagung bakarnya.” Suara si abang tukang jagung bakar pun memecah kesunyian yang terjadi di antara Zenna dan Matthew.

Zenna mendongak dan mendapati jagung bakar yang mengepulkan asap hangat bertengger di hadapannya. Dengan segera Zenna pun mengambil jagung bakar itu dari tangan si abang, begitupun juga dengan Matthew. Setelah itu Matthew pun memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada si abangnya.

               “Sebentar kembaliannya mas..” kata si abang tukang jagung bakar itu.

               “Gak usah! Ambil aja kembaliannya..” cegah Matthew membuat si abang jagung bakar tercengang melongo.

               “Tap—tapi ini kegedean mas..” protesnya gak enak

               “Gak apa-apa .. anggap aja itu rezeki gak terduga!” ujar Matthew terkekeh

               “Ah si mas ganteng bisa saja. Kalau begitu, uangnya saya terima yah mas... makasih loh mas ganteng.” Sahut si abang jagung akhirnya menerima.

Matthew mengangguk tersenyum, “Sama-sama..” jawabnya sebelum si abang jagung bakar melenggang kembali ke tempatnya.

               “Hem.. sok dermawan!” cibir Zenna mendengus

Sontak Matthew pun menoleh dan menaikkan sebelah alisnya menatap Zenna, “Maksud lo biasanya gue pelit gitu?”

               “Gue gak ngomong kayak gitu ... tapi syukur sih kalau lo nyadar. Hihihi.” Geleng Zenna lalu terkikik sendiri.

Matthew pun mendengus jengah sambil meraup muka cantik Zenna dengan satu tangan kirinya, membuat Zenna mengerucutkan bibirnya beberapa saat sebelum ia melahap pelan jagung bakar miliknya.


-____________________________-


Brug.

               Nevil menutup pintu mobil jeepnya, lalu berjalan malas mengimbangi langkah gadis bertubuh ramping di samping kirinya. Sebenarnya kalau gak di paksa oleh Bunda, Nevil sangat malas sekali menemani anak dari teman Bundanya ini pergi jalan-jalan di siang bolong seperti ini. Mana panas lagi! Ugh~

Kini mereka pun sudah berada di lantai dua.

               “Nev, kamu duluan aja yah. Aku mau ke toilet dulu.” ucap gadis berambut sebahu itu menyentuh bahu Nevil dengan tangan kirinya.

               “Hemm yaa .. jangan lama!” pesan Nevil yang langsung di angguki oleh Gadis bernama Tiara itu.

Setelah Tiara melenggang menuju arah toilet, Nevil pun menyeret kedua kakinya super malas memasuki sebuah foodcourt tempat tongkrongannya jika ia bermain ke mall bersama teman-teman lelakinya.

               Nevil memilih tempat duduk di pojokan, sengaja biar dia gak jadi pusat perhatian para cewek genit yang selalu curi-curi pandang memperhatikan Nevil dengan tatapan penuh minatnya. Sambil menunggu Tiara kembali dari toilet, Nevil pun mengeluarkan Iphone putihnya lalu menyalakan layarnya dalam satu kali tekan.

Nevil menghembuskan nafas gusar saat ia tak mendapati pesan apapun dari gadis yang masih di cintainya itu. Nevil bodoh! Bagaimana bisa Zenna menghubunginya, kalau sampe sekarang aja Zenna masih susah untuk di ajak ketemu bahkan bicara sebentar. Huh, itu membuat Nevil semakin tersiksa~

Tak lama kemudian, Tiara pun datang menghampiri meja Nevil. Dia duduk bersebrangan dengan Nevil dan membuka daftar menu yang tersedia di atas meja.

               “Udah pesen Nev?” tanya Tiara melirik Nevil

               “Belum.” Jawab Nevil singkat dan malas.

               “Emm.. kamu mau pesen apa? Biar sekalian aku pesenin..” tawar Tiara berbaik hati.

               “Cappuchino aja deh.” Sahut Nevil terpaksa

               “Itu aja? Makanannya engga?” tanya Tiara memastikan. Ketika Nevil menjawab dengan gelengan kepala, Tiara pun lekas beranjak dan menghampiri stand pemesanan.

               Di tengah Tiara yang sedang memesankan makanan ke stand depan sana, tanpa sengaja Nevil pun mengedarkan pandangannya ke luar jendela foodcourt. Betapa terkejutnya dia saat kedua matanya menemukan sosok gadis yang di cintainya tengah tertawa bahagia bersama cowok bule yang di kenal Nevil sebagai sahabat gadisnya.

Ya. Nevil melihat Zenna yang sedang bercanda tawa dengan Matthew. Mereka sedang berjalan berdua, Matthew menenteng beberapa paper bag dengan berbagai jenis warna di kedua tangannya. Sedangkan Zenna, dia memegang cup ice cream berukuran jumbo, dan sesekali menyuapkan sendok ice creamnya ke mulut Matthew.

               Melihat hal itu, membuat emosi Nevil mencuat hingga ubun-ubun. Dadanya mulai naik-turun, tangannya terkepal kuat dan rahangnya mengatup keras. Hingga akhirnya, Nevil pun tidak bisa tinggal diam melihat gadis yang di cintainya itu terlalu dekat bahkan semesra itu dengan Matthew si cowok bule.

Nevil pun berdiri dan bergegas meninggalkan mejanya tanpa mengingat Tiara yang kini masih berada di stand pemesanan sana. Nevil melangkah lebar meninggalkan foodcourt tersebut, lalu ia pun berjalan penuh emosi menghampiri Zenna dan Matthew yang masih tidak menyadari kehadiran Nevil yang semakin mendekat.

BUG!

Matthew pun terjengkang jatuh ke lantai.

               “Matt!” pekik Zenna terkejut.

               “Brengsek!!” umpat Nevil dengan tangan yang masih terkepal.

Mendengar suara umpatan yang lolos dari mulut Nevil, membuat Zenna menoleh ke asal suara dan membelalakkan kedua matanya saat ia menemukan sosok Nevil yang sangat terlihat marah dari raut wajahnya yang merah padam.

               “Nevil..” gumam Zenna

Nevil tak mengindahkan gumaman Zenna, dia melangkah menghampiri Matthew yang masih terduduk di lantai. Nevil pun menarik kerah baju Matthew dan hendak melayangkan kembali tinjuannya ke rahang Matthew.

               “Nevil Stop!!” cegah Zenna menarik tangan Nevil

               “Engga! Jangan halangin aku Zen, aku cukup sabar yah ngeliat kedekatan kalian selama ini. Tapi engga buat sekarang!!” bentak Nevil membuat para pengunjung mall saling berbisik menyaksikan amukan Nevil pada Matthew.

               “Nev, lo salah paham. Gue gak ada—“

               “DIAM! Diam lo brengsek! Gue gak butuh ocehan dari lo!” potong Nevil melotot marah kepada Matthew.

               “Nevil jaga emosi kamu! Kamu gak ada hak yah buat larang-larang aku! Ingat, kita itu udah putus Nev dan Matthew itu sahabat aku. Wajar kalau aku lebih dekat sama Matt..” ujar Zenna dengan nafas yang terengah

Deg!

Mendengar penuturan dari Zenna, seketika Nevil pun melonggarkan cengkraman tangannya di kerah baju Matthew. Dia pun beranjak berdiri dan menghempaskan Matthew dengan asal. Ya, Zenna benar. Nevil baru ingat kalau dirinya dan Zenna sudah putus sejak dua minggu yang lalu.

               “Nevil!” seru Tiara yang tiba-tiba saja muncul dari arah foodcourt yang baru saja di tinggalkannya.

Zenna dan Nevil pun menoleh bersamaan ke asal suara yang memanggil Nevil barusan. Zenna mengernyit, mengamati gadis cantik yang kini sedang menatap Nevil dan dirinya secara bergantian. Siapa gadis ini? batin Zenna

               “Nevil, kenapa kamu ninggalin aku?” tanya Tiara membuat Zenna menyipitkan kedua matanya menatap Nevil.

Seakan mengerti apa yang di maksud dengan tatapan Zenna padanya, Nevil pun tergagap dan melirik Tiara sekilas lalu menatap Zenna lagi dengan expressi serba salahnya.

               “Dia pacar kamu?” tiba-tiba saja pertanyaan itu pun meluncur dari mulut Zenna.

Glek.

Tenggorokan Nevil tercekat, lidahnya mendadak kelu di todong pertanyaan seperti itu oleh Zenna—gadis yang masih sangat di cintainya.

               “Nevil, ayo kita balik! Pesanannya udah ada di meja...” ajak Tiara sambil menarik lengan Nevil tanpa menghiraukan tatapan terluka yang terpancar dari sorot mata indahnya Zenna.

               Bisik-bisik para pengunjung mall sudah semakin jelas terdengar, namun hal itu tidak membuat Zenna terusik. Justru sekarang Zenna merasakan nyeri menyerang bagian dadanya, Nevil tidak menjawab pertanyaannya. Tapi Zenna yakin, di lihat dari sikap gadis itu yang berbicara lembut pada Nevil pasti gadis itu bukan teman biasa. Ya, Zenna sangat yakin sekali kalau gadis yang kini menggandeng lengan Nevil itu adalah gadis barunya Nevil.

Ternyata, Nevilnya sudah move on ....

               “Zen..” panggil Matthew yang sudah berdiri di samping kiri Zenna.

Zenna menoleh dan mendapati sudut bibir Matthew yang sobek akibat pukulan mendadak Nevil tadi. Darah segar pun menetes di bibirnya, melihat itu Zenna sedikit meringis merasakan betapa sakitnya terdapat luka robek di bagian sudut bibir Matthew.

               “Nev, ayo!!” ajak Tiara lagi menarik perhatian Zenna yang kembali menoleh ke arah Nevil yang terlihat kikuk di tempatnya.

               Zenna menghela nafas, lalu memalingkan mukanya ke arah lain. Sepertinya gadis itu memang pacar barunya Nevil, mengingat itu membuat hati Zenna di serang rasa sakit yang mendalam. Zenna hanya bisa tersenyum getir di tengah tundukkan kepalanya, tanpa mau bertanya kepada Nevil lagi Zenna pun bergerak mengamit tangan kiri Matthew dan berniat mengajaknya pergi dari sana.

Cukup sakit jika Zenna bertahan melihat Nevil bersama pacar barunya itu.

               Belum sempat Zenna berhasil melangkah menjauhi Nevil, tiba-tiba saja Nevil yang sudah berhasil melepaskan lengannya dari tarikan tangan Tiara pun beringsut membalikkan tubuh Zenna hingga kembali berhadapan dengannya.

Tepat ketika Zenna hendak melayangkan protesan kesalnya, Nevil sudah mendahului menarik tengkuk Zenna dan mencium bibir Zenna di depan umum sekaligus di depan kedua mata Tiara yang sama-sama terbelalak tak percaya seperti yang sedang Zenna lakukan saat ini.

Zenna terlalu kaget sehingga saat bibir Nevil menyentuh bibirnya, Zenna hanya membelalak tanpa berontak melepaskan diri. Melihat aksi nekad Nevil, Matthew hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa ikut campur memisahkan mereka. Matthew rasa Nevil memang harus nekad untuk meyakinkan Zenna.

               “Hosh ... hosh ... hosh ....” Nafas Zenna pun memburu setelah Nevil menyudahi ciuman dadakannya itu.

Betapa merahnya kedua pipi Zenna sekarang, membuat Nevil menyeringai dan mengusapkan ibu jarinya di permukaan bibir tipis Zenna yang baru saja di lumatnya. Nevil benar-benar nekad, dia mencium Zenna tepat di depan para pengunjung mall yang kini masih melongo tak percaya menyaksikan drama romantis yang di buat Nevil.

               Setelah Zenna bisa bernafas dengan normal kembali, Zenna pun menatap Nevil dengan garang. Dia gak habis pikir, bisa-bisanya Nevil mencium dirinya di depan umum seperti ini? Lalu bagaimana dengan gadis yang sekarang sedang berdiri mematung tak jauh darinya itu, apa dia shock melihat pacarnya mencium gadis lain yang notabene adalah mantan pacarnya ini?

               “Nevil kamu—“

               “Sst .. aku gak butuh omelan kamu. Aku cuman butuh kejujuran kamu Zen..” potong Nevil setelah menempelkan jari telunjuknya di bibir Zenna.

Zenna mengernyit heran, kejujuran? Apa maksud Nevil?

               “Jujur Zen, apa kamu masih cinta sama aku?” tanya Nevil membuat Zenna kembali menegang dengan pupil mata yang membesar.

Matthew yang berdiri di samping Zenna pun mendengus geli melihat expressi sahabatnya yang terlihat sangat lucu seperti itu. Lalu, perhatiannya pun beralih ke arah gadis cantik yang kini sedang menatap Nevil dan Zenna dengan tatapan tak percayanya.

Ntah kenapa, Matthew merasa seperti ada sebuah magnet yang menarik dirinya untuk menghampiri gadis itu. Tanpa mengusik Nevil dan Zenna yang masih sibuk bertatapan, Matthew pun berjalan mendekati Tiara.

               “Hey! Ikut gue yuk!” bisik Matthew membuat Tiara terperanjat.

Tiara menoleh menatap Matthew dengan alis bertaut, “Kamu siapa?” tanya Tiara sebelum mengikuti ajakan Matthew. Dia hanya takut kalau lelaki yang tak di kenalnya itu adalah penjahat yang ingin menculiknya.

               “Gue Matthew.. sahabatnya Zenna. Lo tau? Zenna itu cewek yang sekarang lagi tatap-tatapan sama Nevil. Emm .. apa lo pacarnya Nevil??”

Tiara pun menggeleng samar, karena Tiara memang bukan pacarnya Nevil. Meskipun Bunda Nevil dan Riko papanya Tiara sempat akan menjodohkan mereka, tapi Tiara tau bahwa Nevil tidak pernah tertarik sama sekali padanya.

Apa mungkin gadis bernama Zenna itu yang menjadi alasan Nevil gak tertarik sama aku? batin Tiara.

               “Good..”angguk Matthew tersenyum lalu menepuk puncak kepala Tiara “Kalau gitu mending lo ikut gue! Gue rasa, bentar lagi mereka bakal balikan..” ajak Matthew menarik tangan Tiara.

Refleks Tiara pun menatap Matthew dengan bingung, “Maksud kamu?” tanya Tiara tidak paham.

Matthew mendesah pelan, “Oke! Perlu lo tau .. Nevil sama Zenna itu udah pacaran selama dua tahun. Tapi dua minggu yang lalu Zenna mutusin Nevil karena suatu alasan, nah apa yang barusan Nevil lakukan sama Zenna adalah trik supaya Zenna luluh dan mau di ajakin Nevil balikan. So? Do you understand??” jelas Matthew detail.

               “Jadi mereka itu—“

               “Ya gak lama lagi cinta mereka bakal bersemi kembali. Dan sebelum itu berlangsung, mending lo ikut gue. Seengganya lo bisa alihin perhatian lo dari Nevil.” Sela Matthew berujar sambil mengedipkan sebelah matanya.


-_____________________-


               “Cieee .. yang udah balikan.. gue di lupain lagi deh...” dumel Matthew menyindir Zenna yang sedang asyik bergurau dengan Nevil.

               Ya. Pasca insident nekad yang Nevil lakukan di mall dua hari yang lalu, hubungan mereka kembali membaik. Bahkan Zenna sudah mengakui bahwa dirinya memang gak pernah bisa melupakan Nevil meskipun sudah di paksa setiap detiknya. Pesona Nevil terlalu kuat untuk di enyahkan.

Mendengar pengakuan dari Zenna, Nevil pun bersorak gembira. Tanpa mengenal malu Nevil pun mengangkat tubuh Zenna dengan ringan dan membawa Zenna berputar-putar di tempat. Zenna sempat memekik dan mengingatkan Nevil bahwa saat itu mereka menjadi tontonan para pengunjung mall, namun Nevil malah menanggapinya dengan santai.

               “Gak apa-apa sayang .. sekali-kali kita berlagak jadi artis sinetron yang di tonton banyak orang boleh dong. Hehehe.”

Seperti itu lah tanggapan Nevil atas peringatan Zenna saat itu. Mau gak mau Zenna pun akhirnya menurut patuh dengan kelakuan ajaibnya Nevil yang gak mengenal malu itu, Dasar! Dari dulu Nevil memang terkenal sebagai orang paling nekad sedunia. Huft ....

               “Sirik aja lo. Lagian bukannya lo juga udah punya gebetan? Tembak dong.. jangan di lama-lamain ntar di gondol orang lagi.. hahaha.” Tukas Zenna tergelak sendiri.

               “Emangnya Matthew punya gebetan? Siapa?” tanya Nevil melirik Zenna dan Matthew bergantian.

               “Yaampun sayang, masa kamu gak tau sih?” sahut Zenna di balas dengan gelengan tak taunya Nevil.

               “Ck! Matt, lo kasih tau aja deh siapa gebetan lo. Palingan Nevil juga dukung sama tekad lo yang mau dapetin tu cewek..” ujar Zenna mencolek bahu Matthew.

Matthew pun hanya melenguh panjang dan tanpa berucap apapun Matthew malah beranjak dari duduknya lalu melenggang meninggalkan Nevil dan Zenna yang saling melemparkan pandangan penuh tanya.

               “Emangnya gebetan Matthew siapa sih Zen?” tanya Nevil masih penasaran.
               “Kamu mau tau beneran? Tapi jangan kaget loh ...”

               “Kenapa harus kaget? Selama gebetannya itu mutlak cewek tulen ngapain aku harus kaget.” Ujarnya mengangkat bahu.

               “Hemm.. ya mana tau gitu kalau kamu denger namanya malah jadi shock..” ucap Zenna balas mengangkat bahu juga.

Nevil mendengus geli lalu meraih kepala Zenna dan menyandarkannya di bahu Nevil, “Engga lah .. emang siapa sih?” tanya Nevil lagi masih penasaran ternyata.

               “Gebetannya Matthew itu—“

               “Hay Nevil .. hay Zenna!!” belum sempat Zenna menyebutkan nama gebetannya Matthew tiba-tiba aja sebuah suara yang tak asing bagi Nevil sukses membuat Nevil dan Zenna mendongak ke asal suara.

Begitu Nevil mendapati wajah seorang gadis yang dua hari lalu sempat ia lupakan karena harus menyelesaikan masalah hatinya dengan Zenna, Nevil pun sontak membelalak dengan mulut menganga lebar.

               “Kamu?” gumam Nevil setengah berbisik.

               “Kenalin ini pacar gue...” sambar Matthew merangkul gadis di sampingnya.

               “WHAT? PACAR?” kini giliran Zenna yang memekik kaget.

Matthew mengangguk mantap, “Yup pacar. Gimana? Kalian setuju kan?” angguk Matthew sambil meraih tangan kanan gadisnya dan mengecupnya sekali.

Glek.

               “Seriusan kamu pacaran sama dia, ra?” tanya Nevil masih tak percaya.

Yang di tanya pun mengangguk malu dan menyembunyikan wajah meronanya di dada bidang milik Matthew. Melihat gadisnya malu-malu seperti itu membuat Matthew terkekeh geli dan mendekap gadisnya dengan erat.

               “WOW!” pekik Zenna lagi “Cuman jangka dua hari, lo langsung bisa dapetin dia? Ckckck.. salut guee...” ujar Zenna takjub.

Pasalnya Matthew ini di kenal sebagai cowok yang susah banget deket sama cewek manapun selain Zenna. Maka, saat Zenna mengetahui bahwa Matthew sudah menjadikan gadis itu sebagai pacarnya itu adalah kabar paling mengejutkan yang pernah Zenna dapatkan. It is a surprise you know?

               “Yaampun Tiara selamat yah.. akhirnya gue terbebas dari bayang-bayang perjodohan yang Bunda rencanakan..” celetuk Nevil membuat Zenna, Matthew dan juga Tiara terperanjat.

               Ya. Nevil sudah cerita tentang masalah perjodohan dirinya dengan Tiara. Mulanya Zenna terlihat sedih karena mendengar dari cerita Nevil kalau Bundanya sangat ngebet pengen jodohin Tiara sama Nevil, tapi setelah berulang kali Nevil meyakinkan Zenna bahwa hanya dirinya lah yang ada di dalam hati Nevil dengan mata yang berbinar Zenna pun percaya bahwa hanya Zenna lah yang selalu ada di hati Nevil.

Dan sekarang ketika Nevil tau bahwa Tiara sudah mempunyai pacar yang kebetulan Matthew lah lelaki yang menjadi pacarnya, Nevil pun bisa meyakinkan Bundanya bahwa Tiara dan Nevil tidak bisa di jodohkan karena baik Nevil maupun Tiara, keduanya sudah sama-sama memiliki kekasih.

Sebuah keberuntungan bukan?

               Setelah acara perkenalan pacar barunya Matthew, Nevil pun mengajak Zenna pergi meninggalkan Matthew yang mempunyai quality time bersama Tiara. Berkali-kali Zenna mengucapkan selamat pada Matthew dan berkali-kali juga Nevil mengucap syukur atas apa yang terjadi hari ini.

Sekarang Nevil dan Zenna sudah berada di dalam mobil jeepnya Nevil. Rencananya Nevil ingin mengajak Zenna ke rumahnya, Nevil akan mengenalkan Zenna kepada Bundanya. Setidaknya Bundanya harus tau kalau Nevil ini sudah memiliki kekasih yang amat sangat Nevil cintai.

Dengan begitu, Bundanya tidak akan lagi mendesak Nevil untuk di jodohkan dengan Tiara. Toh, Tiara juga udah bersama Matthew.

               “Nev, kamu yakin kalau Bunda kamu bakalan setuju sama hubungan kita?” tanya Zenna sebelum Nevil melajukan mobilnya.

Nevil melirik Zenna dan meraih tangan Zenna kemudian menggenggamnya, “Sayang.. percaya sama aku. Apapun komentar Bunda nanti, pilihan aku tetap cuman kamu. Bahkan aku mau meyakinkan Bunda kalau cuman kamu lah yang bisa membuat aku bahagia, bukan Tiara ataupun perempuan lainnya. Trus me honey, i will always choice you...” tutur Nevil sembari mengecup punggung tangan Zenna.

Zenna pun tersenyum, ya semoga saja Nevil bisa meyakinkan Bundanya. Karena kalau sampai Nevil gagal meyakinkan Bundanya, maka Zenna tidak tau harus berbuat apa untuk mempertahankan cintanya itu?

               “Jangan takut, percayalah .. kita tercipta untuk saling memiliki.” Ucap Nevil tersenyum teduh.

Zenna mengangguk dan beringsut meletakkan kepalanya di bahu Nevil. Nevil pun merunduk dan memberikan kecupan hangat di kening Zenna. Semoga sesampainya di rumah nanti Nevil bisa meyakinkan Bunda untuk membatalkan rencana perjodohannya dengan Tiara itu dan semoga Bunda respect sama Zenna serta merestui hubungan Nevil dan Zenna.

               “Thanks ... and keep loving me!!” bisik Zenna lirih

               “Yeah .. i will always love you honey ..” balas Nevil mengecup puncak kepala Zenna berkali-kali.


~THE END


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top