Main cast :
1.
Raika
Aliya Permadi
2.
Virluis
Kardiwa
3.
Dira
Kardiwa
4.
Adisty
Khiel
PESAN UNTUK PEMBACA : DILARANG KERAS MENG-COPPAS KARYA ORANG LAIN TERUTAMA KARYA SAYA INI -__________-
SELAMAT MEMBACA DAN ENJOY~
Bete.
Kesel.
Muak.
Sebal.
GAK PEKA!
Huh.
Kok ada yah orang macem gitu? Udah bikin bete, kesel, muak, sebal di tambah gak
peka pula. Kalau bisa sih, cabut aja nyawanya sekalian. Biar lengkap gak usah
hidup.
DIRA KARDIWA.
Kenapa
sih harus dia yang jadi pacar aku selama setahun ini? kenapa harus dia juga
yang sukses bikin aku jatuh hati sama dia? Kenapa bukan kakaknya aja yang aku
cinta? Kenapa harus diaaaaa?
Drrt drrt drrt,
Tuh!
Baru saja aku bicarakan. Namanya udah nongol aja di layar smartphone ku. Huh, malas sih angkatnya tapiii kangen. Hiks.
Ku raih smartphone putihku itu dan menimbang-nimbang, apa aku angkat atau
abaikan saja? Kalau aku angkat pasti dia merasa menang tapi kalau aku abaikan
aku sendiri yang gigit jari karena harus menahan rindu. Huaaa.. mama tolonglah anakmu ini maah!
Ck!
Baiklah. Sepertinya aku harus meredam egoku dulu untuk saat ini. Oke fix! Aku
angkat aja telponnya. Siapa tau dengan mendengar suaranya yang serak-serak
seksi itu, rasa rinduku yang sudah menggunung ini bisa terkuak seketika.
Klik.
“Hallo!” sahutku malas –
sebenarnya sih pengen banget ngerengek manja sama Dira, tapi kan ceritanya aku
lagi ngambek sama Dira –
“Hallo yang! Astaga.. kamu kemana aja sih? kok baru di angkat telpon
dariku?” katanya panjang lebar
‘Hiyaaa.. kamu gak tau aja kalau dari tadi
aku dilema. Hiks.’
“Ada apa? Tumben nelpon jam
segini.” Tanyaku tanpa menjawab kepanikannya barusan.
“Ya Allah yang. Ketus banget sih kamu sama aku..”
‘Bodo! Orang kamunya nyebelin. Hiks’
“....”
“Hallo yang? Kamu masih disana kan?” tanyanya
“Hmm..” gumamku sedikit jutek.
“Ya ampun yang.. kamu kenapa sih? aku tuh nelpon kamu karena aku kangen
dan pengen ngobrol banyak sama kamu. Eh.. tapi ternyata,, kamu malah jutek gitu
sama aku..” tuturnya seolah kecewa.
Aiihh.
Dira emang kadang nyebelin sih tapi so
sweet juga kalau udah aku ketusin. Hihi.
“Iya maaf deh. Abisnya kamu
ngeselin sih..” akhirnya aku jujur juga sama perasaan aku.
“Kok
ngeselin?”
“Iya lah. Udah berapa minggu kamu
gak kabarin aku? bm aku juga udah jarang kamu bales.. kemana aja kamu hem?
Sibuk selingkuh yah?” cerocosku sinis
Ku
dengar Dira menghela nafas, “Ya Allah
yang. Sampe kapan sih kamu mau nuduh aku yang engga-engga kayak gitu?”
ujarnya frustasi.
‘Sampe kamu pulang dan temuin aku disini
DIRA!’
“Yang?”
“Hmm..” gumamku lagi
“Raika Aliya Permadi.. aku sayang kamu.. aku kangen kamu.. aku cinta
kamuu!!”
JEDER.
OMAYGAT! Seketika jantungku
berdebar dahsyat. DIRA so sweet
banget. Aaahh.. sumpah kalau sekarang Dira ada di depan aku udah aku peluk dia
erat-erat. Huaaaa .. tambah kangen akunya
sama dia. Hiks.
“Hallo!” tegurnya lagi
“Ah? I-iya ...” sahutku gelagapan
“Kok gak di balas sih kata-kata aku barusan?” rajuknya
Hihi.
Gemes deh kalau udah denger Dira ngerajuk kayak barusan.
“Iya iya.. aku juga sama..” kataku
“Sama
apa?”
“Sama say-“
Tut tut tut..
Astaga!
Bahkan
disaat aku hendak membalas kata-kata manis itu pada Dira sambungan pun malah
terputuskan. Dan mataku terbelalak lebar ketika melihat smartphoneku mati tak
bernyawa. Oh TUHAN!
HANDPHONE MACAM APA INI?
Kalau
saja aku tidak ingat harganya yang mahal ketika ku beli pertama kali dengan
uang hasil jerih payahku sendiri, mungkin saat ini sudah ku banting ponselku
ini ke dinding yang berdiri kokoh di hadapanku. Ah sial!
___________________________________________
Huaaaa..
Dira
kemana? Kok dia gak hubungin aku lagi sih? apa Dira marah gara-gara semalam
telponnya mati.
Jangan
salahin aku dong Dir! Salahin aja Hpnya yang gak sopan mati di tengah obrolan
kita. Huaaaa....
Cklek.
Seseorang masuk mendorong pintu
kamarku. Aku hanya bisa menatap Kak Luis dari ranjang tidurku sekarang.
Sungguh! Aku lagi males ngapa-ngapain sekarang, bahkan hanya untuk sekedar
beranjak dari tempat tidur pun aku malas.
“Mau sampe kapan kamu ngurung
diri terus di kamar hem?” tanya kak Luis berkacak pinggang di ambang pintu.
Aku
hanya mendengus kecil tanpa niat untuk menjawab tanyanya kak Luis. Oh yah! kak
Luis ini adalah kakak tertuanya Dira. Dia memang sering banget keluar masuk
rumahku sejak dulu. Secara udah lama banget kami bersahabat dan berkat dia juga
aku sama Dira bisa berpacaran hingga satu tahun ini.
“Ngapain sih kak Luis kesini?”
tanyaku mencebik.
“Jalan yuk!” ajaknya masih di posisi
yang sama.
“Kemana?” tanyaku mendongak
“Kemana aja lah sesuka kamu...”
katanya menyerahkan.
Huh.
Lihat! Aku pacaran sama adiknya. Tapi malah di perhatiin sama kakaknya. Kenapa
gak sekalian aja coba kakaknya aja yang aku pacarin. Huaaaa.. aku benci kamu
DIRA! – benar-benar cinta maksudnya –
“Udah ayok! Aku pastiin, kamu have fun hari ini..” desak kak Luis yang
udah tarik tangan aku biar bangkit dari tempat tidur.
Ah!
Baiklah. Karena percuma menolak ajakan seorang Virluis Kardiwa, semakin di tolak maka akan semakin di paksa. Jadi,
ya sudahlah ..
Asli! Aku gak ngerti sama jalan
pikiran kakaknya pacarku ini. Ngapain coba pagi-pagi gini aku di ajakin ke
danau yang udaranya sukses bikin aku merinding bergidik sendiri. Sialnya aku
gak bawa jaket atau apapun yang bisa menghangatkan tubuhku yang hanya
mengenakan pakaian serba pendek ini.
Ah! Kak
Luis kenapa gak bilang sih kalau mau ajak aku ke danau sepagi ini.
“Kak Luis ngapain sih ajak aku ke
danau pagi-pagi buta kayak gini?” protesku terang-terangan.
“Ck! Ini udah jam sepuluh, adik
ipaaarrr!” bantahnya menarik hidungku.
“Aw!” pekikku seraya
menghempaskan jemari kak Luis yang nakal
“Tapi tetep aja masih pagi
namanya. “ ujarku membela diri.
Kak
Luis hanya tertawa kecil tanpa menimpali kembali komentarku barusan. Apaan sih
maksud kak Luis ajak aku ke danau ini? OH!
JANGAN BILANG KALAU KAK LUIS MAU CEBURIN AKU KE TENGAH DANAU LAGI.
“Kalau kamu mau teriak, teriak
aja sesuka mu!” celetuknya yang bikin aku melongo.
HAH?
“Kamu lagi penat kan? Lagi bete
juga kan? Aku tau kok.. jadi gak salah dong kalau aku ajakin kamu ke danau
ini..” katanya yang lagi-lagi membuat aku menatap tak percaya.
“AAAAAAAAAAAAAA...” teriak kak
Luis membuatku terlonjak.
Mataku
mengerjap, namun selebihnya ku dengar kembali kak Luis berteriak. Astaga! Aku
gak nyangka kalau kak Luis bakalan se-care
ini sama calon adik iparnya. Hiks
_________________________________________
Ini adalah bulan ke tiga aku
berpisah dengan Dira. Ya, tiga bulan sudah aku menjalani hubungan jarak jauh
dengan Dira. Ntah kenapa perasaan ini selalu resah kalau gak di kabarin sama
Dira. Kenapa Dira harus ambil kuliah jauh-jauh sih? kenapa gak di sini aja gitu
biar selalu barengan sama aku. Hiks.
Jujur
aku sebenarnya udah cegah dia agar tidak mengambil beasiswa untuk kuliah di
London. Tapi gak tau kenapa, Dira kayaknya keukeuh banget gitu pengen kuliah
disana. Aku jadi curiga kalau di London sana ternyata Dira punya selingkuhan.
Aish, lagi-lagi kecurigaanku muncul dengan sendirinya.
Ini
hati kenapa sih? kayaknya gak bisa banget gitu positif thinking. Habisnya
keresahan ini udah terlalu sering menjamah hatiku, you know?
Wajar kan ya kalau aku merasa
resah saat harus berjauhan sama pacar tercinta. Apalagi bukan dalam waktu dan
jarak yang sebentar aku di pisahkan darinya. Huaaa.. Dira kenapa kamu tega sih
sama pacarmu ini?
Apa
segitu gak pentingnya kah aku buat kamu? Sampai kamu lebih memilih beasiswa itu
dibanding aku. Oke! Katakan aku egois. Tapi aku gak bisa sembunyiin rasa
takutku ini you know?
Mengingat Dira itu tampannya pake
banget – sebelas dua belas lah yah sama kak Luis – dan London itu di penuhi
oleh cewek-cewek bule yang cantik nan seksi. Wajar dong kalau aku takut? Iya!
Aku takut Dira di gaet bule dan akhirnya tinggalin aku disini. Kan gak lucu
kalau sampai itu kejadian.
Tok tok tok
Ku
dengar suara ketukan pintu di depan kamarku. Siapa sih? bisa-bisanya ganggu
orang yang lagi gegana kayak gini. Gak lihat sikon banget!
“Siapa?” teriakku
“Gue Adis..” balasnya di luar
sana.
Oh! Adis?
“Masuk aja dis! Gak di kunci.”
Suruhku akhirnya.
Cklek.
Kepala
Adis pun menyembul di balik pintu. Hah, ini dia nih sahabatku sejak masa SMA.
Sekaligus teman berbagi ku kala suka dan duka.
Adis lekas masuk dan berjalan
menghampiriku yang lagi selunjuran santai di atas kasur. Libur ngampus emang
enaknya malas-malasan aja di kamar. Huh. Kini Adis pun udah duduk merapat di
sisi kiriku.
“Gak keluar?” tanyanya
“Engga! Males gue..” sahutku
cemberut
“Yaampun.. masih galauin Dira
yah?” tebaknya sambil menyampirkan rambut panjangku ke belakang telinga.
Hiks.
Adis tau aja kalau aku lagi galauin Dira. Huaaaaa..
Dan
seketika tangis pun meledak. Sontak membuat Adis terlonjak kaget karena suara
tangisan ku yang menggelegar.
“Aduh! Kok jadi nangis sih.. cup
cup cup.. jangan nangis dong. Gue gak punya lolipop!” celetuknya
Sialan.
Orang lagi nangis malah di becandain. Apa dia bilang? Lolipop? Anak SD kali ah
di kasih lolipop. Bener-bener somplak ni anak.
“Udah dong Rai.. jangan nangis
lagi. Ntar unyunya hilang loh!” bujuknya mengelus-elus punggungku.
“Hiks.. jahat lo! “ isakku
merengut
“Gimana kalau kita jalan ke mall?
Siapa tau.. galau lo hilang.” usulnya dengan mata berbinar
Mall?
Aku
menatapnya sanksi. Apa harus aku jalan-jalan ke mall di saat galau begini?
Emang bakalan nimbulin efek yang bagus gitu?
“Yuk! Kan udah lama juga kita gak
shopping...” katanya mengguncang lenganku.
Lagi-lagi
aku menatapnya ragu. Hem.. tapi ide Adis boleh juga sih. Shopping? Oke lah
mungkin dengan shopping kegalauan dan keresahan ku bisa sedikit terhapuskan.
Meski aku gak yakin sepulang shopping nanti resah itu tidak akan datang
menghinggapi lagi.
“Ayoo!” rengeknya rewel
Ish.
Lama-lama ni anak udah kayak bocah lima tahun deh. Rengek-rengek segala lagi.
“Iya udah deh. Gue ganti baju
dulu.” putusku akhirnya yang membuat Adis jingkrak girang.
Heh.
Sarap tuh anak!
Dan disinilah aku sekarang. Di
dalam mall, sibuk berkeliling memasuki satu persatu butik ternama yang ada di
mall ini. Bersama siapa lagi? Kalau bukan bersama sahabat centilku yang bernama
Gadis Gaulia.
Untungnya
mama langsung izinin aja pas aku bilang mau ke mall sama Adis. Kayaknya mama
udah kelewat hafal deh sama watakku ini. Iya lah, bisa di bilang mama ku itu
adalah orang yang paling sering ngelihat perubahan sifatku belakangan ini.
Gak
jarang juga sih mama negur dan nasihatin aku. Tapi, yang namanya orang lagi
gegana.. mana mempan sih kalau cuman di nasehatin panjang lebar sama kata-kata
yang.. ah ntahlah!
Oke!
Mari kita lupakan soal mama. Dan kita alihkan mengenai keberadaan ku dan Adis
di mall sekarang.
“Dis gue capek! Makan dulu yuk”
keluhku menyeka keringat di dahi.
“Bentar lagi deh. Nanggung kali
udah masuk butik ini..” katanya sambil sibuk pilih-pilih cardigan.
Ah!
Anak ini. Kalau udah shopping, pasti deh lupa makan lupa minum. Dan kayaknya
pacarnya juga aku yakin bakalan ikut di lupain deh. Hihihi.
“Ck!” aku hanya berdecak
mengikuti Adis.
Bodoh!
Niatnya mau ngilangin galau malah jadi lebih dari galau ini namanya. CAPEK!
“Aduuh Dis, gue capek! Gue
lelah...” teriakku frustasi.
Sontak
Adispun menoleh dan menatapku horor. Ups! Kayaknya sekarang aku lagi jadi pusat
perhatian deh. Oh NO! Aku benar-benar terlihat bodoh sekarang.
_____________________________________
PING!!!
Ku rogoh
smartphoneku yang bersembunyi di dalam tas sana. Lekas ku keluarkan dan ku
nyalakan layarnya.
DEMI APA?
Ada bm
dari DIRA?
Buru-buru
ku buka pesan yang baru saja di kirimkan oleh DIRA dua detik yang lalu. Hem,
Dira.. kamu tau aja kalau aku lagi mikirin kamu.
Dira Kardiwa : Lagi apa yang? Aku kangen kamu.. *emotpeluk*
Oooh
Dira sweet banget sih. Eh! Tumben dia
sempet bm aku? biasanya dia bakalan bm aku kalau dia udah baca Pm aku yang
menunjukkan rasa kesal terhadapnya. Tapi, perasaan aku belum pasang pm seperti
itu deh.
Aaaahh
ini sebuah kemajuan bukan?
Raika Aliya : Aku baru aja beres mata kuliah. Sama aku
juga :((
Send
Satu
detik
Dua
detik
Tiga
detik
Dira Kardiwa : Aku pengen ketemu kamu sayang. Cuman
kayaknya mesti nunggu liburan semester deh.
Huaaaa
.. lamaa dong!
Ku
balas lagi bm dari Dira secepatnya.
Raika Aliya : lama banget sih. gak bisa di majuin apa
liburannya?
Dira kardiwa : gak bisa lah yang. Kalau pun bisa, udah aku
lakuin dua minggu yang lalu kali :p
Raika Aliya : hiks. Iya yah. hem, aku kangen kamu banget
pacarku : ((
Dira Kardiwa : sabar yah sayangku. I will back for you
*emotpeluk*
Raika Aliya : Iya iya. Hiks..
Dira Kardiwa : Ya udah. Aku ada kelas yang.. nanti kalau
ada waktu luang aku kabarin kamu lagi yah *emotLove*
Raika Aliya : oke! Love you pacarku..
Dira Kardiwa : Love you more honey *emotkiss*
Aaaaaa AKU KANGEN KAMU DIRA!!!
Selepas secuil rinduku terobati
barusan, aku pun lekas beranjak meninggalkan taman kampus. Ya, aku butuh tidur
sekarang. Rupanya rutinitas kampus hari ini cukup membuatku lelah dan di dera
rasa ngantuk. Hoaaamph ..
Tak
lama setelah keluar dari halaman kampus, tiba-tiba aku tercengang mendapati
mobil kak Luis bertengger manis di depan pos satpam sana.
Lho?
kak Luis ngapain ada di sini?
Aku
menggaruk kepalaku yang gak gatal. Terasa aneh kalau kak Luis berkeliaran di
sekitar kampusku. Toh, dia kan sudah bukan anak kuliahan lagi. Ya, kak Luis kan
sudah menjabat CEO di perusahaan papanya semenjak tujuh bulan yang lalu.
Lantas
ada apa gerangan dia di kampusku?
“RAIKA!” teriaknya melambaikan
tangan ke arahku.
Oh! Dia
memanggilku?
Meski masih terheran-heran dengan
kehadirannya di sini, namun kakiku sudah melangkah saja menghampiri mobil
sportnya kak Luis yang berwarna merah mengkilap itu.
“Hai Raika!” sapanya setelah aku
mendekat ke arahnya yang bersandar di sisi mobil.
“Kak Luis ngapain disini?”
tanyaku mengernyit
“Jemput kamu.” Jawabnya enteng
Keningku
bertambah mengerut. Apaan coba? Gak ada angin gak ada badai, tiba-tiba saja kak
Luis datang menjemputku. Ya Tuhan, kalau saja Dira mengetahui hal ini apa dia
akan cemburu pada kakak tersayangnya ini?
“Jemput aku?” ulangku ragu
“Yap. Yaudah yuk masuk!” ajaknya
tanpa banyak bicara lagi.
“Tapi-“
“Udah ayo! Kamu capek kan?”
tebaknya benar
Aku
mengangguk dan dengan cepat tanganku pun di tuntun menuju pintu mobil sebelah
kiri olehnya. Setelah membukakan pintu mobil untukku, aku pun masuk. Sementara
kak Luis berlari kecil mengitari muka mobil dan lekas masuk ke belakang kemudi.
Sedari tadi ku lihat kak Luis gak
banyak bicara kayak biasanya. Kenapa dia? Sedang ada masalahkah di kantor? Hem,
jadi penasaran deh kalau udah lihat kak Luis jadi pendiam begini. Biasanya tuh
yah Kak Luis pasti bawel ngoceh-ngoceh gak jelas kalau lagi sama aku. Tapi
sekarang...
“Kak Luis!” interupsiku
Sepertinya
kak Luis terkejut, karena ku lihat dia terlonjak dan melirik ke arahku walau
sekilas.
“Em.. kenapa?” tanyanya heran
“Are you okey?” tanyaku sedikit menyelidik
“Yes. You look!!” angguknya dengan senyuman kecil yang tersungging
di bibirnya.
Aku
pikir kak Luis memang sedang ada masalah. Karena aku gak melihat ada keceriaan
yang terpancar dari binar matanya saat ini. OH
GOD! Keresahan macam apa ini?
Tepat di depan rumahku, kak Luis
pun memberhentikan kemudinya. Menyadari kalau aku sudah sampai di halaman
rumahku, segera ku lepas salt-belt
yang menyilang di tubuhku. Ah! Akhirnya aku bisa tidur juga setelah ini.
“Makasih yah kak,,” ucapku
tersenyum
“Sama-sama..” angguknya dengan
tatapan sendu? Whats wrong?
Oh
sudahlah. Sepertinya itu hanya perasaanku saja. Ya, aku hanya sedang mengalami
sindrom keresahan saja saat ini. Sungguh! LDR dengan Dira membuat pikiranku
selalu di rundung resah dan galau setiap harinya.
“Ya udah kalau gitu, aku turun ya
kak!” pamitku kemudian.
Tidak
ada anggukan atau sekedar sahutan ‘iya’ dari kak Luis. Ini asli! Aku
benar-benar heran sama sikap anehnya ini. Aaarrgghhhttttt
....
Ketika
aku hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba tangan ku di cegah oleh kak Luis. Aku
menoleh spontan dan ku lihat ada setitik air mata yang meluncur di sudut
matanya yang jernih.
Kak
Luis menangis?
___________________________________________
“Apapun yang terjadi, jangan pernah benci sama aku yah!”
ARRGGHHHTTT!
Sial! Sial! Sial!
Kalimat
itu selalu terngiang-ngiang membuntutiku. Apa maksud dari kalimat yang kamu
ucapkan itu kak Luis?
Dan
kenapa kak Luis sempat menangis pada waktu itu?
Sungguh
aneh. Hanya satu kalimat saja, tapi itu bisa berefek resah pada hatiku. Ah!
Bahkan aku gak mengerti apa maksud dari perkataan kak Luis tadi. Selamat kak!
Kamu udah bikin aku mikir keras sekarang.
Ku hempaskan kembali tubuhku ke
atas tempat tidur. Menatap nanar langit-langit dan berusaha mencari arti dari
kalimat kak Luis yang setia menempel di pendengaranku.
“Maksudnya apa coba?” gumamku
kesal.
Oh NO!
Mendadak
hatiku kembali di rundung resah seketika. Ada apa ini? kenapa begitu aneh dan
janggal di hatiku. Ya Tuhan, tunjukkan lah tabir dari keresahan ini.
Ku raih
smartphoneku yang tergeletak tak jauh dariku. Ku buka aplikasi bbm dan mencari
kontak Dira pacarku tersayang. Ah! Padahal tadi aku sudah sempat bbm-an sama
dia, tapi ternyata rasa rindu ini tidak hilang barang secuil pun. DIRA PULANGLAH!
PING!!!
Bbm
dari Dira (lagi)?
Dira Kardiwa : Kalau aku pergi apa kamu akan sedih?
Deg. Apa-apaan ini?
Seketika
rasa sakit pun menjalar tak karuan ke dalam hatiku yang paling dasar. Ya Tuhan,
apa maksud Dira mengirimi ku pesan seperti ini?
Raika Aliya : apaan sih? jangan bilang kalau kamu kecantol
bule London ya?
Sengaja
ku balas seperti itu. Ya, siapa tau dia cuman niat isengin aku aja. Dira kan
terkenal sama kejahilannya. Huh.
PING!!!
Balasan
dari Dira lagi.
Dira Kardiwa : engga lah. Aku setia kok sama kamu yang : ))
Ah!
Syukurlah. Tuh kan, Dira emang usil. Huft ...
Raika Aliya : ih kamu tuh yah. awas aja! Kalau kamu
beneran pergi ninggalin aku, aku kejar kamu sampe ujung dunia mana pun!
Haha. Begitulah
ancamanku. Aku serius! Kalau sampai Dira berani tinggalin aku, maka gak
segan-segan aku kejar kemanapun dia pergi. Sekalipun itu ke luar dunia yang
fana ini.
Dira Kardiwa : Jangan dong! Kalau aku pergi. Kamu harus
keep stay aja.. oke ;)
Ish.
Mulai deh nyebelinnya.
Raika Aliya : Gak mau wlee :p
Dira Kardiwa : Ya udah. Aku sayang kamu Raika Aliya
Permadi.. *emotpeluk*
Aku
tersenyum lebar ketika membaca pesan Dira yang ini.
Raika Aliya : apalagi aku, sayaaaaaaaanng banget sama kamu
Dira Kardiwa :p
Satu
detik
Dua
detik
Tiga
detik
Dan
sekian detik berikutnya Dira gak lagi membalas pesanku. Ah! Mungkin dia sudah
kembali sibuk sama kegiatan kampusnya. Fiuh ...
Sebentar!
Ada
yang aneh sama bm Dira kali ini. Kok kalimatnya sekaligus ingetin aku sama
ucapan kak Luis tadi sore yah. Aduuhh.. itu kakak-adik bikin aku pusing aja
sih.
Oke
baiklah. Mungkin aku benar-benar butuh tidur saat ini.
________________________________________
Siang ini lagi-lagi aku di ajak
oleh kak Luis ke apartementnya. Katanya sih kak Luis mau nunjukin resep masakan
baru buat aku. Ah! Apa aku sudah pernah cerita kalau kak Luis ini jago masak?
Haha. Ya, kak Luis memang pandai dalam segala hai. Bukan hanya pandai mengurus
perusahaan, tapi kak Luis juga pandai dalam hal masak-memasak.
Bahkan
aku saja kalah kalau di suruh tanding masak sama kak Luis. Hihihi. – jujur sih
aku emang gak bisa masak –
“Kamu duduk manis aja disini..”
pinta kak Luis
Baiklah.
Selagi kak Luis sibuk di dapur dengan segala macam bumbu masakan dan para
pengikutnya. Mungkin aku lebih baik duduk santai sambil membaca-baca majalah di
sofa. Hoaammp.. ngantuk!
Ku usap
mataku agar kembali segar. Hah yah! sepertinya agar tidak tertidur aku butuh
penyegaran.
“Kak Luis!” panggilku
menghampirinya ke dapur.
“Ada apa?” tanya kak Luis tanpa
menoleh
“Aku minjem tab kamu dong kak.
Bete ...”
“Ambil aja di kamar!” suruhnya
Oke!
Aku pun segera meluncur ke kamarnya kak Luis yang terletak di lantai 2. Kalian
tau? Kamar kak Luis itu bagaikan kamar seorang raja di sebuah istana. Luas,
mewah, nyaman, pokoknya megah banget deh!
Di
mulai dari interiornya yang klasik, tempat tidurnya yang king size, di tambah dengan segala pernak-pernik antik yang bikin
orang terkagum-kagum melihatnya. W-O-W
BANGET DEH!
Kini aku pun sudah berada di
dalam kamarnya kak Luis yang megah. Hem, aroma parfum kak Luis benar-benar
menusuk ke indra penciumanku. Bahkan di saat orangnya lagi di luar kamarpun,
wangi parfumnya masih melekat setia di dalam kamarnya. Ckckckck.
Ku cari
tab yang akan ku pinjam. Oh rupanya ada di atas nakas.
Tap tap tap
Lekas
ku raih tab hitam milik kak Luis, bersamaan dengan itu pun tak sengaja perhatian ku tercuri begitu saja
oleh sebuah benda yang sangat ku hafal pemiliknya.
Sebuah
handphone...
Kembali
ku letakkan tab di posisi awal, dan kini mataku tertuju pada sebuah handphone
putih tipis yang tergeletak bebas di atas meja kerja milik kak Luis. Langkahku
mengayun ke arah meja kerja itu. Semakin dekat aku kesana, maka semakin yakin
kalau itu adalah handphone yang ku kenal.
“Ini kan.. milik Dira..” gumamku
meraih handphone putih itu.
Ku bolak-balik
handphone di tanganku, mencoba meneliti setiap detail yang ada di benda
tersebut. Ya, aku hafal betul dan aku gak mungkin salah. Ini handphone milik
Dira. Kenapa bisa ada di kamar kak Luis?
Apa
Dira sudah pulang? Tapi .. kenapa dia gak kasih tau aku?
Iseng-iseng aku pun menyalakan
layarnya. Terpampang dengan jelas foto ku yang sempat Dira ambil saat perayaan
enam bulan hari jadian kami. Aku tersenyum lebar, ternyata Dira masih setia
menjadikan fotoku sebagai walpaper di
handphonenya.
Ku geser
tanda kunci ke arah kanan. Lalu ku perhatikan setiap aplikasi yang ada di dalam
ponsel tersebut. Hingga sebuah kenyataan pun ku temukan di dalam satu aplikasi
yang tersedia.
Klik.
Alangkah
terkejutnya aku, saat aku menemukan semua pesan yang pernah ku kirimkan pada
Dira beberapa hari ke belakang. Ya, tepatnya saat Dira bbm aku dan aku pun
membalasnya. Terasa janggal di hatiku. Sungguh aneh dan sangat mengherankan?
Bagaimana
bisa handphone Dira ada di kamar kak Luis, dan pesan-pesan ini...
“Raika kamu ud-“
Sontak
aku membalikkan badanku dan mendapati kak Luis yang berdiri di ambang pintu
dengan expressi yang terkejut. Tampaknya ada sesuatu yang dia sembunyikan
dariku.
“Kak Luis. Ini hp milik Dira
kan?” tanyaku mengacungkan handphone putih yang berada di dalam genggaman
tangan kananku.
Tak ada
jawaban dari kak Luis, dia tampak pucat. Seolah shock dan aku tidak mengerti
dengan raut wajahnya sekarang.
“Kak Luis!” panggilku melangkah
ke arahnya.
“Ini milik Dira kan kak?” desakku
lagi mengguncang lengannya.
“I-itu .. itu.. “
“Kak! Ada apa sih? ini beneran
milik Dira kan? Dira pulang? Terus sekarang dia dimana? Kenapa dia gak kasih
tau aku? kak.. dimana Dira?” cerocosku sambil celingukan mencari sosok Dira
yang ku harapkan.
“Raika! Raika ,, dengerin aku!”
ucapnya merengkuh bahuku.
Aku
menatapnya harap, ya .. aku benar-benar berharap kalau Dira memang sudah pulang
dan aku harap dia ada di apartement ini juga sekarang. Tapi, ntah kenapa
setelah melihat sorot mata kak Luis yang penuh kesedihan seperti itu. Seketika,
keresahan itu pun kembali menyeruak perasaanku. Ada apa?
“Dira.. Dira...” suara kak Luis
terdengar lirih
“Dira kenapa kak? Dira ada di
Indonesia?” tebakku keukeuh
Kak
Luis menunduk sejenak, namun ia masih setia merengkuh bahuku dengan lembut.
Sampai akhirnya...
“Sebenarnya.. Dira ... Dira ..
udah.. meninggal!”
DUAR.
Seketika
tubuhku pun terasa lemas bagai tak di topang oleh tulang-tulang yang kuat. Aku
rapuh, mematung di tempat dan hati ini serasa di tancap oleh ribuan panah yang
tajam. Tenggorokan ku terasa kering, jantungku seakan ikut berhenti, darahku
seolah tak mengalir.
KENYATAAN MACAM APA ITU?
“Kak Luis! Jangan becanda... aku
gak suka candaan kamu itu kak!” bantahku memunggunginya.
Please..
Aku
harap ini hanya lelucon. Iya kan? Aku harap setelah ini Dira akan muncul dan
memberikanku kejutan. Aku mohon!
“Aku gak becanda Raika..” ucap
kak Luis pilu.
Buliran
hangatpun mengalir deras membentuk aliran sungai kecil. Detik itu juga rasanya
aku ingin menenggelamkan diriku ke dasar samudera yang amat sangat dalam.
Perih.
Pedih.
Sakit.
Dan hancur.
Kepalaku
menggeleng pelan, Dira meninggal? Meninggal? Secepat itu kamu ninggalin aku Di?
“ENGGAAAAAAAA!!!” teriakku
histeris lalu ambruk ke lantai.
Tangis
pun pecah. Aku menangis sejadi-jadinya. Dira kamu jahat! Kamu tinggalin aku di
saat aku berharap kamu akan kembali. Kamu tinggalin aku di saat aku menahan
rindu ingin ketemu sama kamu.
KENAPA KAMU JAHAT SAMA AKU DIRA KARDIWA?
______________________________________
Aku mengusap batu nisan itu
dengan hati yang sangat rapuh. Ku tatap pilu nama yang tertulis di batu nisan
tersebut. DIRA KARDIWA. Aku mengisak
perih, rasanya baru kemarin aku merayakan hari jadi yang ke satu tahun
berpacaran dengan Dira. Kini semua itu hanya tinggal kenangan, Dira telah
pergi. Pergi menghadapNYA dengan begitu cepat.
“Aku sayang kamu Dira...” bisikku
lirih di tengah isakan
Bahuku
bergetar, menahan tangis agar tidak pecah di tempat peristirahatan Dira untuk
selamanya. Ku bungkam mulutku dengan sebelah tanganku. Rasanya aku ingin ikut
saja dengan mu Dira. Aku terlalu rapuh jika harus kamu tinggalkan..
“Raika.. “ ku dongakkan kepalaku
ke arah suara yang memanggilku.
Kak
Luis tengah setia menungguku, dia pula yang mengantarkan aku ke tempat dimana
Dira di makamkan.
“Ayo kita pulang Rai.. kamu harus
istirahat...” katanya lembut
“Aku kangen sama Dira kak..”
ucapku bergetar
“Iya aku tau. Tapi Dira akan
sedih kalau melihat kamu serapuh ini...” balas kak Luis mengusap bahuku.
Isakan
demi isakan keluar dari mulutku. Sungguh! Aku tak pernah menyangka kalau Dira
akan pergi meninggalkanku secepat ini. Ironisnya, dia meninggal setelah
beberapa saat selesai telponan denganku.
Ya,
menurut cerita kak Luis. Dira meninggal karena kecelakaan, aku gak tau kalau
saat Dira telpon aku dia lagi dalam perjalanan menuju Bandara. Ya Tuhan! Kenapa
harus sesakit ini ...
Dan itu
artinya, itu adalah kali terakhirnya aku mendengar suara Dira. Suara yang akan
sangat aku rindukan. Suara yang gak pernah lelah mengucapkan kata cinta, sayang
dan rindu. AKU KANGEN KAMU DIRA!
Dan disini lah aku sekarang. Di
apartement milik Dira bersama kak Luis. Banyak sekali kenangan yang ku lalui
bersama Dira disini. Perayaan ulang tahun Dira, perayaan anniversary satu tahun aku dan Dira, dan kenangan-kenangan lainnya
yang gak bisa aku sebutkan satu persatu.
Ku
dekap erat sweter milik Dira. Sweter favorit Dira yang selalu ia kenakan
kemanapun ia pergi. Aroma parfum Dira semakin membuatku rindu akan
kehadirannya. Dira.. kembalilah!
Aku tak percaya dengan apa yang
kak Luis ceritakan sebelum Dira menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menggeleng
kuat kepalaku, berusaha menepis semua cerita yang ku dengar dari mulut kak
Luis.
Bagaimana
bisa? Dira menyuruh kak Luis untuk merahasiakan kematiannya. Dira juga menyuruh
kak Luis untuk mengirimi pesan singkat lewat bbmnya kepadaku. Jadi? Selama ini
aku bbm-an sama kak Luis yang memakai pin Dira? Astaga!
Lalu
kata-kata cinta dan sayang itu .....?
“Itu semua aku lakukan demi Dira
Rai... sebenernya aku gak mau, aku pikir itu malah bakalan bikin kamu sakit
jika kamu tau. Tapi, Dira mendesakku.. dia bilang.. dia gak mau bikin kamu
ngerasa kehilangan. Maka, ide konyolnya pun timbul sesaat sebelum dia
meninggal. Dia suruh aku memakai pin dia, dan seperti itulah Rai...” tutur kak
Luis penuh penyesalan.
Aku
kembali menangis sesenggukan. Dira.. sesayang itukah kamu sama aku? sampai kamu
gak mau kalau aku merasa kehilangan kamu walaupun kamu sudah berada tenang di
alam sana.
Kamu jahat Dira kamu jahat!
“Dan.. sebelum Dira meninggal,
Dira juga sempat menulis surat ini buat kamu..” lanjut kak Luis menyodorkan
sebuah amplop berwarna merah jambu.
Aku
meraihnya dengan tangan bergetar, kini wajahku sudah kusut sekusut-kusutnya
pakaian yang belum di cuci selama berminggu-minggu. Dengan hati yang tak
menentu, ku buka amplop itu dan ku temukan surat yang terlipat beberapa bagian.
Ku buka
dan ku baca isi surat itu dengan hati yang gundah,
Dear Raika
Maaf..
Maaf kalau aku harus meninggalkan kamu.
Jujur aku gak mau ninggalin kamu yang, tapi apa daya? Takdir berkata lain.
Aku sayang kamu Raika Aliya Permadi, aku
cinta kamu Raika Aliya Permadi, dan aku saaaangaat merindukan kamu.
Aku lelah yang, aku lemah dan aku terlalu rapuh
untuk menahan semua kesakitan ini. Kecelakaan itu telah merenggut kaki kananku,
aku gak kuat kalau harus hidup dengan hanya satu kaki kiriku sebagai penopang.
Aku gak bisa menahan rasa sakit ini terlalu
lama. Ada seorang gadis kecil yang
ternyata sedang membutuhkan donor mata. Aku pikir dengan cara aku mendonorkan
kedua mataku ini, aku bisa menghilangkan semua rasa sakit yang menyerang
tubuhku.
Ya. Aku memberikan mataku untuk gadis kecil
itu yang. Dia lebih membutuhkannya, masa depannya telah menunggu.
Tidak untukku!
Aku tidak bisa hidup hanya dengan satu
kaki, terlebih aku akan menyulitkan mu Raika. Tapi aku mohon jangan pernah kamu
marah pada gadis yang sudah menerima donor mataku itu. Dia tidak salah. Dia
hanya menerima pemberianku.
Dont be sad Raika!
Meskipun aku gak ada di samping kamu lagi..
tapi aku akan tetap selalu ada di hati kamu. Selamanya.
Yang terakhir, i really really love you
Raika Aliya Permadi.
Menikahlah dengan kak Luis! Karena tanpa
kamu tau, dia sudah sangat mencintaimu. Bahkan sebelum kita kenal pun dia sudah
menaruh hati padamu.
Ya. Aku tau dari Diarynya. Baiklah! Aku
rasa cukup sekian yang ku katakan padamu.
Aku harus pergi dan ku harap kamu gak
kesepian tanpa aku.
Yang mencintaimu DIRA.
Tangisku semakin kencang. Tanpa
sadar ku remas surat itu menjadi sebuah bulatan kecil. Semulia itukah kamu Dir?
Mendonorkan matamu untuk gadis yang tidak kamu kenal sama sekali. Kenapa kamu
melakukan itu Dira kenapa?
Ku
rasakan sentuhan lembut di kepalaku, ternyata saat ku tengokkan kepalaku ke
samping ku dapati kak Luis yang tengah duduk di sebelahku dengan tatapan
sendunya.
Benarkah
kak Luis mencintaiku?
Aku
menatapnya lekat, mencari sebuah jawaban yang Dira katakan dalam suratnya.
Cinta kah dia padaku?
Tapi...
untuk saat ini aku belum bisa membuka hatiku untuk lelaki lain. Yang ku tau
saat ini dalam hatiku hanya ada nama Dira seorang.
Ya.
Rasa cintaku begitu besar untuk Dira. I
Love you so much Dira..
_________________________________________
Tiga tahun kemudian ...
Hari ini adalah hari bahagiaku.
Hari dimana aku akan melepas masa sendiriku. Hari dimana ketika kalimat sakral
itu terucap statusku akan berubah menjadi seorang istri. Ya, hari ini adalah
hari pernikahanku.
Genap 3
tahun sudah. Dira meninggalkanku. Dia meninggalkanku untuk selamanya. Meski
hari ini adalah hari bahagiaku karena tengah bersanding dengan seorang lelaki
yang sangat baik dan begitu tulus mencintaiku, tapi sampai kapanpun nama Dira
tidak akan pernah terhapuskan dalam hatiku.
“Selamat yah! akhirnya lo jadi
nyonya kardiwa juga..” ucap Adis menyalamiku dan memberiku pelukan rasa turut
bahagianya.
“Apaan sih? mulai deh lo
lebaynya..” sahutku memukul pelan lengannya.
“Yee.. bukan lebay. Tapi
kenyataan..” balasnya mengikik.
Dasar!
Gak dulu gak sekarang selalu seperti itu. Ya, begitulah Adis... sahabatku yang
selalu ada di saat suka maupun duka.
“Kamu terlihat cantik hari ini
sayang..” ucap seseorang yang kini sudah sah menjadi suamiku.
Aku
mendongak kecil untuk menatap wajahnya yang tampan, dia pun merunduk mengecup
keningku beberapa detik. “Oh! Jadi kemarin-kemarin aku jelek gitu?” sindirku
menukik sebelah alis.
“Cantik dong. Cuman bedanya
sekarang kan kamu udah sah jadi istriku, jadi cantiknya itu beda...” katanya
lagi sambil melingkarkan tangannya di pinggangku.
“Masa?”
“Iya lah.” Jawabnya santai
“Buktinya apa?”
“Ada deehh....” ih dasar! Udah
jadi suami pun jahilnya gak hilang-hilang.
Haha.
Lucu yah! dari calon kakak ipar tapi sekarang malah jadi suami. Ckck, takdir
Tuhan memang gak ada yang tau.
Siapa
sangka kalau pada akhirnya aku malah menikah dengan calon kaka iparku dulu. Ya,
kak Luis lah yang sekarang duduk bersanding di pelaminan bersamaku. Kak Luis
yang ku kira dulu akan menjadi kakak iparku, tapi nyatanya takdir berkata lain.
Ah!
Bahkan aku gak pernah mengira kalau selama ini kak Luis begitu mencintaiku.
Salutnya aku, dia gak pernah meminta balasan agar aku mencintainya. Rasa
cintanya padaku hanya di pendam dalam hatinya seorang diri.
Ya
Tuhan.
Menyadari akan hal itu, rasa
sayangpun tumbuh dengan sendirinya. Ya, tiga tahun kemarin aku berjuang keras
untuk membuka pintu hatiku. Menyambut cinta tulus yang di berikan kak Luis
untukku.
Aku
sadar, ternyata tanpa ku tau cinta itu memang sudah datang. Cinta itu adalah
rasa nyaman dan rasa bahagia ketika aku berada di dekatnya. Bahkan sudah lama
ku rasakan sejak pertama kali aku mengenal dirinya.
Hanya saja aku belum paham akan
rasa itu, karena rasa itu tertutup seketika oleh awan cinta yang Dira bawa saat
itu. Namun begitulah takdir, Tuhan maha tau. Dira tidak di takdirkan untuk
berjodoh denganku. Kak Luis lah yang ternyata menjadi takdir pasanganku
sekarang.
Haaahh..
akhirnya setelah sekian lama aku merasakan Lelah
Dirundung Resah. Kini semuanya sirna seketika.
Hidup
baru sudah di depan mata, lembaran barupun sudah siap untuk ku torehkan dengan
tinta cinta bersama kak Luis. Ya, sekarang rasa cinta itu semakin menonjol. Aku
akui AKU MEMANG SUDAH CINTA PADA KAK LUIS!
~THE END
0 komentar:
Posting Komentar