Re-Post Cerpen : Cintaku Bersemi di Malam Takbir



Main cast : 

1. Nabila Alisyah Ilya

2. Muhammad Fikar Alfaruq

3. Aneu Intan 

4. Azis Ramadhan



PESAN UNTUK PEMBACA : DILARANG KERAS MENG-COPPAS KARYA ORANG LAIN TERUTAMA KARYA SAYA INI -_______________-


SELAMAT MEMBACA DAN ENJOY~







Dua hari lagi Ramadhan akan berakhir, dua hari lagi indahnya bulan suci akan pergi meninggalkan seluruh umat muslim di dunia dan mungkin akan kembali di tahun yang baru nanti.

Aku Bila .. nama panjangku Nabila. Malam ini aku sedang sibuk mempersiapkan berbagai jenis kebutuhan di hari lebaran. Kebetulan aku juga di ajak oleh teman ku Aneu menjadi panitia mubarak ied di mesjid komplek ku berada.

Aku siap-siap aja, selama itu positif dan berguna untuk orang banyak aku pasti siap membantu tanpa pamrih. Aneu sudah menunggu di teras rumahku, niatnya malam ini setelah shalat tarawih selesai aku dan Aneu akan berberes-beres di sekitar mesjid agar terlihat indah di hari yang fitri nanti.

                “Yuk An ... kita berangkat sekarang !!” ajakku yang baru saja keluar

Aneu pun mengangguk dan menggandeng tanganku untuk berjalan beriringan menuju mesjid yang tak jauh dari rumahku berdiri. Jalanan komplek begitu ramai oleh pemuda-pemudi yang sedang menjalankan acaranya masing-masing. Bercak-bercak api dari kembang api pun bertebaran di atas langit yang dipenuhi oleh banyaknya bintang berkerlip.

Aku dan Aneu pun sudah sampai di pekarangan mesjid, rupanya sudah banyak orang juga disana. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda pemudi seusia ku dan Aneu, senangnya karena ternyata anak-anak komplek sini sangat antusias pada acara mubarak lebaran nanti.

Aku pun melangkah menuju teras mesjid bersama Aneu, dengan seuntai senyuman riang yang ku tebarkan pada sebagian teman-teman di sana yang melihat ke arah kami. Hingga sampailah aku di teras mesjid. Sontak aku terkejut ketika aku menapakkan kedua kaki ku di lantai teras.

Sosok tampan dan berakhlak baik itu ternyata hadir juga di acara ini. Ya allah, aku sungguh terpana akan ketampanannya yang memikat para kaum hawa seperti ku. Dia melirik pada ku, namun hanya sekilas lalu berpaling kembali ke arah lain. Aku hanya menunduk malu setelah itu.

                “Hei Bil ... ayo masuk !! kok malah bengong disana “ tegur Aneu mengetahui aku tidak ada di belakangnya

                “Eh iya .. ayo an !!” angguk ku segera mengikuti langkah Aneu.

Astagfirullah, kenapa dengan jantungku. Berdegup secepat kilat seperti ini, tidak biasanya aku merasakan hal seperti ini. Apa ini semua ada pengaruhnya dengan pertemuanku sekilas barusan. Ya allah ... !!

Acara berberes-beres mesjid pun sudah selesai, tepat jam sepuluh lebih sepuluh menit aku dan Aneu pun bergegas untuk pulang. Begitupun teman-teman lainnya, mereka juga berniat untuk pulang karena acaranya sudah selesai dan terlihat rapi di mata.

Kembali aku dan Aneu berjalan bergandengan, kamipun keluar dari halaman mesjid dan mulai menyusuri jalanan komplek yang ternyata masih ramai oleh para pemuda yang belum mau pulang ke rumahnya. Tiba-tiba di tengah kami berjalan pulang, sosok yang memikat pun membuat langkah kami terhenti.

                “Astagfirullah ... Kak Fikar !!” pekik kami kompak  seraya menyentuh dada

                “Maaf aku udah bikin kaget kalian berdua ... “ ucapnya meminta maaf “Eum, Aneu boleh bicara berdua sebentar gak ??” lanjut Fikar meminta izin.

Ada rasa perih mengiris hatiku, kak Fikar mengajak Aneu berbicara berdua saja? Ada apa diantara mereka. Ya allah kenapa terasa sakit hati ini ,,,,

Aneu melirik ku sekilas, lalu sedetik kemudian Aneu pun mengangguk dan menyuruhku menunggunya sebentar. Aneu pun mengikuti langkah Fikar ke sebrang jalan ntah untuk membicarakan hal apa diantara mereka.

Aku menunggu sendiri, kesal bete dan gak enak rasanya menunggu kedua makhluk itu berbicara tanpa boleh ku tau. Lagi pula kenapa sih kak Fikar lebih memilih Aneu untuk di ajak bicara dari pada aku. Apa yang di bicarakan kak Fikar itu sangat rahasia, sehingga hanya mereka berdua yang boleh tau.

Beberapa menit berlalu. Akhirnya Aneu kembali, dan Kak Fikar undur diri pamit padaku. Aku hanya mengangguk malas merespon pamitannya. Aku gak peduli apa tanggapannya, yang jelas saat ini aku lagi bete tingkat dewa !!

                “Yuk pulang !!” ajak Aneu riang

Aku menatap Aneu dengan tatapan yang curiga dan iri tentunya, aku melangkah mendahului dengan langkah yang di hentak-hentakkan karena kesal pada Aneu juga kak Fikar. Jujur aku bete sama mereka berdua.

Sesampainya di rumah, aku gelisah tidak bisa diam dan selalu kepikiran pada mereka berdua. Sebenarnya apa rahasia diantara mereka?? kenapa aku gak boleh tau, terlebih kesal ku bertambah ketika aku menanyakan hal itu pada Aneu sebelum Aneu pulang.

                “An .. tadi ngobrol apaan sih sama kak Fikar??” tanyaku kepo

                “Iiihh Bila kepo deh ... ada deh, yang jelas ini sangat rahasia. Sorry Bil.. aku gak bisa kasih tau kamu sekarang !! “ jawabnya lugas

Tuh kan Aneu main rahasia-rahasian dari aku, padahal aku ini sahabatnya sendiri. Kenapa Aneu setertutup itu sih sekarang. Mentang-mentang punya rahasianya sama kak Fikar, terus aku gak boleh tau gitu. Makasih deh buat rasa nyesek yang udah kalian kasihin ke aku.

Rasa kesal dan bete ku belum juga hilang, padahal hari lebaran tinggal di depan mata. Tapi aku jadi malas untuk datang ke mesjid, apa lagi harus bertemu dengan Aneu juga Kak Fikar yang membuat bete dan kesalku menjadi-jadi.

Tapi apa boleh buat, pekerjaan ya tetap pekerjaan. Aku harus profesional dalam hal itu. Ya sebisa mungkin aku harus bisa memisahkan antara urusan pribadi dengan urusan umum yang sedang ku jalani. Ah peduli amat dengan mereka berdua, mau mereka jadian pun aku gak peduli.

Tapi .... nyeseknya bakal tetep kerasa !! AAAAAAAA .. kenapa sih harus kak Fikar yang mendekati sahabatku sendiri. Kenapa gak orang lain aja yang deketin Aneu, kan banyak tuh cowok lainnya yang sebanding cakepnya sama kak Fikar. Aku pengen Kak Fikar deketin aku aja, karena aku itu udah lama suka sama dia.

HUAAAAAA ... !!!!

Alhamdulilah acara persiapan untuk besok pun sudah selesai. Semuanya berjalan dengan lancar, perlengkapan untuk acara mubarak ied sangat sempurna tertata indah nan cantik.

Kini para pemuda pun sebagian masuk ke dalam mesjid untuk melantunkan gema takbir yang akan menyambut hari yang fitri besok pagi. Namun sebelumnya semua panitia di haruskan berkumpul dahulu di sekitar halaman mesjid. Aku bingung, sejak tadi aku tidak melihat kak Fikar dan Aneu di tempat ini.

Aku jadi semakin curiga, kalo diantara mereka ada hubungan khusus yang belum ku ketahui. Ya Tuhan, kalo itu benar adanya harus bersikap bagaimana aku sebagai sahabat Aneu sejak dulu dan sebagai perempuan yang menyukai Kak Fikar sejak dulu juga. Apa aku bisa tegar menerima semua kenyataan itu???

Tak lama kemudian, di saat ketua panitia bercuap-cuap di tengah kumpulan pun aku melihat kak Fikar dan Aneu melangkah beriringan masuk ke halaman mesjid. Tampaknya mereka sudah jalan berdua selagi aku dan yang lainnya sibuk menggelar karpet mesjid.

Nafasku serasa sesak, dan jantungku seketika melemah. Aku butuh oksigen untuk bernafas lega, tapi sepertinya oksigen itu sudah hilang terbawa hembusan angin yang mengacaukan seluruh mood ku saat ini. Sontak aku pun menghentakkan kaki bertambah kesal. Langkah mereka semakin mendekat ke perkumpulan seluruh panitia.

Bahkan Aneu menyunggingkan senyum manisnya padaku yang berwajah kusam dan semrawut layaknya anak kecil yang tidak terbagi uang THR. “Hai Bil...” sapanya berdiri di sampingku.

Aku malas menjawabnya, akupun malas berdiri di dekatnya. Ku delikkan kedua mataku, dan aku melengos pergi dari tengah-tengah perkumpulan yang belum di akhiri oleh ketua panitianya.

Ingin rasanya aku berteriak sesuka hatiku, melepas semua keluh kesah yang tersimpan di dalam hati. Aku berlari kecil keluar halaman mesjid, tak terasa air mataku pun mulai berjatuhan. Sungguh tega kau Aneu ... kamu tikung sahabat kamu sendiri?? Harusnya aku yang bisa berdekatan dengan Kak Fikar selama ini, bukan kamu An bukan ....

Aku berhenti dari pelarian ku, aku rasa kini aku sudah berada jauh dari mesjid. Aku duduk di bangku taman yang bertempatkan di tengah-tengah rerumputan hijau yang terlihat segar. Air mataku kembali jatuh dari sudut mataku ini.

Gema takbir mulai berkumandang, begitu sunyi dan hampanya hati ini. Duduk termenung seorang diri, tanpa siapapun yang mendampingi. Alangkah bahagianya mungkin jika hati ini ada yang mengisi, aku berharap besar kak Fikar datang menghampiri dan menemani ku sepanjang malam takbir ini.

Namun aku rasa, itu semua tidak mungkin terjadi. Kak Fikar mungkin sudah bahagia dengan Aneu, mereka pasti akan melalui malam takbir ini dengan berdua tanpa ada gangguan siapapun termasuk aku. Sungguh menyedihkan ~

Sudah beberapa menit berlalu aku berada di tengah taman komplek seorang diri. Hingga tanpa ku tau, seseorang tiba-tiba saja duduk di bangku yang sama sebelahku. Aku gak mau peduli dengan orang yang baru duduk di sebelahku, mungkin dia salah satu orang yang bernasib sama dengan ku. Kesepian ....

Aku pun mengacuhkannya. Namun seketika, “Malam takbir yang indah yah ...” suara itu.

Aku melirik cepat, alangkah terkejutnya aku. Sosok yang aku impikan dan sudah lama aku sukai kini sedang duduk di sampingku. Iya Kak Fikar !!! kak Fikar ada di sebelahku sekarang, menatap langit malam yang di penuhi oleh cahaya kembang api yang di sengat oleh anak-anak komplek yang merayakan.

Tapi apa aku tidak sedang bermimpi?? Iseng sendiri, ku cubit tanganku. AWW ... aku memekik pelan. Sakit ... berarti ini bukan mimpi. Ini nyata, kak Fikar duduk di sebelahku sekarang. Iya ini semua nyata adanya .....

                “Kak Fikar ...” gumamku lirih

Kak Fikar menoleh dan mengulas senyuman khasnya padaku. Sesaat berlalu, ia menatap nanar langit malam kembali. “Dulu aku selalu berandai-andai sendirian di bawah langit malam yang indah ini. Andai saja aku bisa mendampingi seorang perempuan yang sudah lama aku idamkan, mungkin kebahagiaan ku akan melebihi kata sempurna. Aku juga sering berharap, semoga saja di malam takbir sebelum lebaran tiba, aku bisa mendapatkan perempuan itu. “ tuturnya membuatku tertegun.

                “Perempuan? Maksudnya ... kak Fikar sedang menyukai seorang perempuan??” tanyaku lebih jelas

Kak Fikar tersenyum malu, “Ya kurang lebih begitu ...” jawabnya menunduk sejenak

Aku semakin dibuatnya penasaran, berarti kak Fikar belum jadian sama Aneu? Lalu perempuan yang di idamkan oleh kak Fikar itu siapa?? Aku jadi kepo pengen tau ...

                “Eum... memangnya perempuan itu siapa kak? Alangkah beruntungnya yah... perempuan itu !!” desisku tersenyum samar.

                “Beruntung? Maksud kamu??” lontar kak Fikar menatap heran

                “Ya beruntung lah .. perempuan mana sih yang gak mau di jadikan pendamping sama kak Fikar. Kak Fikar kan cowok baik, selain baik kak Fikar juga rajin beribadah pokoknya idaman para wanita deh ...” jelasku rinci

Kak Fikar tersenyum jenaka, “Kamu suka berlebihan deh ... jangan lebay Bil ... gak baik !!” tukasnya merendah

                “Yee emang iya kok !!” tegas ku “Oh iya ... kak Fikar belum jawab pertanyaan aku. Memangnya siapa sih perempuan beruntung itu ???” ulangku benar-benar udah kepo banget

                “Kamu beneran pengen tau Bil ??” tatapnya lucu

                “Ya .. iya .. pengen dong. Emangnya gak boleh yah ??”

                “Serius? Pengen tau .. tapi kamu jangan kaget loh....” ujarnya mengerling

Aku sempat tercengang sekilas, “Kaget? Ngga lah ... aku gak selebay itu kali kak !!!” tuturku berpaling muka.

                “Oke aku kasih tau ... kalo kamu maksa. Perempuan yang menurut kamu beruntung itu adalah ...... kamu Bila !!!!”

Haaa !! aku tersentak mendengar jawaban yang ku tunggu sejak tadi. Apa aku salah dengar? Atau memang kak Fikar sedang bercanda. Aku meliriknya, dengan sejuta tatapan spechles yang muncul. Kak Fikar membalas tatapan mataku dengan tatapan sejuk dimatanya.

                “Kenapa? katanya kamu gak bakalan kaget... tapi kok kayaknya kamu malah lebih ke shock Bil !!!” ujarnya menyindir

                “Kak Fikar ... besok lebaran loh. Gak baik becandain orang .. ntar pahala puasanya hilang seketika lagi. “ tukasku tak percaya
                “Siapa yang becandain orang? Kamu nuduh sembarangan ...” bantahnya

                “Jawaban kak Fikar ... gak keliru ???” tegasku mulai serius

                “Sama sekali engga ..” geleng kak Fikar mantap. “Memangnya aku ada tampang lagi becanda .. ngga kan ??”

                “Jadi .....” bisikku termangu

                “Nabila Alisyah ilya .... aku tegasin sama kamu. Sejak dulu sewaktu kita masih duduk di bangku SMA walau beda tingkatan, aku udah naruh hati sama kamu Bil. Aku selalu tersiksa dengan semua perasaan aku ke kamu. Aku mau bilang tapi aku ragu. Aku takut kalo perasaan kamu berbanding terbalik sama aku. Aku gak mau hal itu terjadi. Maka aku sengaja simpan rapat-rapat perasaan aku terhadap kamu, biar waktu yang mengantarkan aku pada keberanian untuk mengungkapkannya sama kamu. Dan mungkin di malam ini, aku baru punya keberanian untuk mengatakan semuanya sama kamu. Aku sayang sama kamu Bil, aku mau kamu menjadi pendamping aku, kalau kita berjodoh aku harap kita sampai ke pelaminan....” urai Kak Fikar tulus dari dalam hatinya.

OH TUHAN ... apa aku bermimpi? Tapi ini seperti nyata... kak Fikar menyukai ku, bahkan sejak aku dan dia masih di SMA.

                “Jadi gimana Bil? Kamu mau .... menjadi pendamping aku , menemani keseharian hidupku ke depan ... “ tanyanya membuyarkan lamunan tak menyangkaku

Aku menelan ludah bahagia, ku gerakkan kepalaku getir. “Ya kak ... aku mau ... aku mau terima kamu tulus dari dalam hati aku. Karena ternyata sejak lama juga aku udah suka sama kak Fikar ... kakak salah, bahkan sejak kak Fikar lulus duluan, aku udah menyimpan rapat perasaan ini. Aku bahagia .. karena akhirnya kak Fikar pun membongkar perasaan yang sudah lama terkunci rapat dalam hati kita. “ lirihku haru

Kak Fikar tersenyum bahagia, begitupun aku. Tak lama setelah itu, Aneu pun datang bersama Azis di sampingnya. “Ehem..”dehem Aneu “Ciee yang udah jadian ... senyum-senyum terus kayak dapet undian berhadiah !!” ejeknya tiba-tiba.

Aku hanya tersenyum malu mendengar ejekan Aneu, ternyata selama ini aku berpikiran salah pada sahabatku ini. Bahkan aku bertambah spechelles mendengar kabar bahwa Aneu juga di tembak Azis di malam yang sama. Berarti selama ini aku salah mengira, ya allah aku sudah sangat berdosa pada sahabat ku ini.

Maafkan aku An, aku udah tuduh kamu yang ngga ngga...

Kami berempat pun saling tertawa bahagia. Dua pasangan yang indah, bersemi di malam takbir yang sama indahnya dengan kebahagiaan yang datang tak di sangka. Aaahh ... malam yang penuh cinta dan kasih sayang. Cinta kami yang hakiki serta fitri seperti indahnya alunan takbir yang menggema di seantero dunia.

END ~

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top